38. Penculikan

87 23 1
                                    








.





.





.









Langkah tergesa-gesa menuruni anak tangga, berlari di lorong rumah sakit tanpa menghiraukan jika saja dirinya menabrak apapun yang ia lewati, pikirannya berkecamuk tak dapat ia hentikan sehingga membuat kepalanya pening luar biasa. Ditambah iris mata yang perlahan mengembun membuat pandangannya menjadi goyah. Tapi hebatnya kaki jenjang itu berhasil menapak di aspal jalanan yang pada saat itu ramai dengan pengendara.

Hingga tak sengaja tubuhnya menabrak mobil hitam yang terparkir di bahu jalanan menghadap pada gedung rumah sakit, seolah menunggu kedatangan pemuda alis camar itu keluar.

Tubuh Mark hampir limbung ke tanah karena benturan pada dadanya yang cukup keras, jika saja salah seorang pria di dalam mobil tersebut keluar dan menarik tangan Mark hingga tubuh itu sepenuhnya terlahap pada pintu mobil.

"Waktu yang pas sekali." ucap pria itu sambil mengunci pergerakan Mark yang sedang memberontak.

"Lepaskan! Siapa kalian!?" panik Mark sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangan pria itu dengan sekuat tenaga.

"Cih! Kau hanya perlu ikut kami! Berhentilah memberontak! Kau menambah pekerjaan kami saja!"

Tangan pria itu merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah sapu tangan yang sudah dilumuri obat bius, mengarahkan ke wajah Mark namun pemuda Lee itu tahu dirinya akan dibuat pingsan oleh pria itu. Maka dengan menggunakan kakinya yang masih memiliki pergerakan leluasa, dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia arahkan tendangan brutal ke selangkangan pria itu.

"Bocah sialan!" Pria itu mengaduh ngilu. Sapu tangan itu terlempar jatuh ke lantai mobil. Dengan keadaan luar biasa panik, Mark berusaha meraih gagang pintu mobil di sisi satunya. Tetapi sial mendapati karena pintu itu terkunci.

"Jangan harap kau bisa kabur bocah sialan!"

BUK!

"Akh.."

Mark meringis memegangi belakang kepalanya yang sakit luar biasa akibat hantaman pipa besi dari pria yang duduk di bangku pengemudi. Dapat ia rasakan aliran darah perlahan membasahi tengkuknya.

"Kenapa tidak dari tadi saja!? Aku kewalahan menangani bocah itu yang ternyata tenaganya lumayan juga." seru kesal pria satunya yang selangkangannya barusan di tendang Mark pada pria yang memegang pipa besi itu.

"Aku mencari alat pemukul dulu! Lagian kau kenapa tidak langsung membekapnya menggunakan sapu tangan saat bocah itu diluar?"

"Bodoh! Lihatlah sekeliling kita banyak orang lalu lalang! Lebih baik menyekapnya di mobil yang kedap suara ini daripada setelahnya kita main kejar-kejaran dengan mobil polisi."

"Owh, pemikiran cerdas. Setidaknya aku tidak mengorbankan selangkanganku untuk dijadikan samsak dadakan."

"Kurang ajar! Lebih baik kau jalankan saja mobilnya! Bos pasti sudah menunggu!" suruh pria itu sambil mendudukkan tubuh Mark yang telah kehilangan kesadarannya.

Pria di depan menoleh, "Apa tak apa kita membuat anak itu terluka?" Ia menggosok-gosok hidungnya berusaha menghalau aroma manis darah yang menguar dari luka Mark supaya sisi setannya tidak muncul tiba-tiba.

"Bos kan hanya meminta kita untuk membawa bocah ini ke markas. Tidak bilang jika dibawa dalam keadaan hidup atau mati. Lagian bocah ini juga akan mati setelah pria pengkhianat itu menyerahkan diri." jelasnya. Pria di depannya hanya mengangguk saja, lalu melajukan mobil mereka membelah jalanan kota.







Asterisk 2 || NCT WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang