◖◖◖
"Ini semua adalah hal bodoh yang sudah dilakukan"
-Look At Me-
Sampai Raka sudah keluar pun tidak ada yang membuka suara. Semuanya terhanyut dalam pikiran masing-masing. Berusaha memahami keadaan yang rasanya berjalan begitu cepat.
"Benar, gue emang orang jahat. Lo pantas membenci gue, dari awal seharusnya gue lindungi Lo, bukan malah bertindak bodoh dengan mengikuti kemauan mereka untuk menyakiti Lo. Gue bodoh berpikir dengan begitu mereka nggak mengusik keluarga gue lagi". Zaki akhirnya bersuara, namun nada bicaranya terkesan putus asa.
Rena kembali menangis, menyesali diri nya kembali yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dibalik itu Rehan hanya bisa terdiam, membiarkan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya.
Terlihat jelas mereka sama-sama menyesal, tidak seharusnya mereka menyembunyikan semuanya dari Raka. Tidak seharusnya mereka bersikap bodoh seperti ini, yang hanya membuat Raka semakin menderita.
"Sa..ni bantu aku, aku harus bicara dengan Raka". Ia menyeka air matanya kasar.
Rena ingin menyusul tapi tubuhnya masih lemah.
"Gu..e minta maaf". Tatapan sendu Zaki membuat Rena kembali menangis.
"Raka yang paling butuh itu".
Kebiasaan Raka, ia selalu memilih sudut kamarnya sebagai tempat meluapkan semua kesedihan nya.
"Sekarang gue harus apa??? Nggak ada lagi yang bisa gue percaya".
Tok!! Tok!!!
Suara ketukan pintu kamarnya membuat Raka segera menoleh menebak siapa yang ada dibalik pintu tersebut.
"Raka buka pintu nya, ini gue, Rehan. Gue akan jelasin semuanya sama Lo".
Rehan kira ia bisa membujuk Raka dengan kata-kata itu, tetapi kelihatan itu sama sekali tidak berhasil, tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka.
"Se..baiknya Lo pergi aja Kak, gue nggak mau ketemu Lo lagi, biarkan gue sendiri".
Kata-kata itu menusuk bagi Rehan. Ini pertama kalinya Raka benar-benar membenci nya.
"Gue mohon Raka, tolong buka pintu nya". Baru saja ia ingin memperbaiki semuanya dengan Raka, ia malah benar-benar dibenci oleh Raka. Bukan ini yang Rehan harapkan.
Zaki mengobati luka Rena terlebih dahulu. Ia benar-benar menyesali tindakan bodoh yang sudah ia lakukan tanpa pikir panjang itu.
"Gue akan minta maaf sama Raka tapi bukan sekarang, sekarang biarkan ia dan Rehan menghabiskan waktu. Gue harap mereka bisa kembali bersama lagi".
Rena mengangguk sebagai balasan. "Setelah ini aku akan laporkan Mama dan Papa ke kantor Polisi. Sebaiknya Kakak ikut dengan ku, sekalian menjelaskan bukti-bukti yang sudah Kakak miliki.
Ia sama sekali tidak lelah, ia tetap menunggu sampai pintu itu terbuka, sampai orang yang ia sayangi itu memaafkan nya.
"Raka, gue menyesal. Jika saja gue tahu lebih cepat mungkin gue nggak akan ngusir Lo dan benci Lo waktu itu. Gue bodoh malah salah paham sama Lo".
"Gue bodoh nggak mencari tahu hal itu lebih dalam lagi, padahal gue tahu itu berhubungan dengan Rena. Gue bodoh nggak menyadari tingkah laku orang tua Rena sejak awal, gue juga bodoh nggak mencari alasan Kak Zaki selalu mengganggu Lo waktu kecil. Gue benar-benar bodoh, gue Kakak yang bodoh".
Penyesalan yang Rehan rasakan tidak ada habisnya. Dirinya selalu dihantui rasa bersalah terhadap Raka apalagi semua yang sudah ia perbuat pada Raka.
Dulu Raka belum membenci nya sehingga ia masih punya harapan untuk memperbaiki semuanya namun sekarang Raka sudah benar-benar benci padanya. Masih adakah kesempatan untuk nya memperbaiki ini semua???
Sani, wanita yang bersama Rehan sejak dua tahun tersebut kembali menyaksikan sosok Rehan yang begitu rapuh. Ia begitu kasihan dengan sosok tersebut, sosok yang menyelamatkan diri nya tempo lalu dari kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawa nya. Jika bukan karena Rehan mungkin saja ia sudah tidak ada di dunia ini, syukurlah ia selamat namun tidak dengan Rehan yang harus mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Sejak saat itu Sani berutang budi pada Rehan.
"Rehan, ayo makan dulu. Kamu kan belum makan dari tadi, aku yakin Raka pasti mau memaafkan kamu". Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini, memberikan keyakinan pada Rehan.
"Aku Bodoh, bodoh...."
"Ja..Ngan dipukul Rehan, nanti kepala mu sakit". Kebiasaan Rehan saat ia benar-benar frustasi dengan kondisi yang ia alami, ia selalu memukul kepalanya.
"Rehan, ku mohon..." Ia berusaha menghentikan tindakan Rehan.
"Aku tidak berguna, aku hanyalah orang bodoh".
Sebuah tangan menggenggam erat lengan Rehan membuat nya seketika menghentikan tindakan memukul kepala nya.
"Berhenti, Raka tidak ingin Kakak terluka". Ekspresi sendu yang sama seperti yang biasa Raka tunjukkan pada nya.
Pelukan erat langsung ia layangkan pada Raka. "Lo maafin gue kan, gue benar-benar menyesal Raka".
Raka malah tersenyum kemudian menatap lekat ke arah Rehan. "Raka sama sekali tidak pernah berniat membenci Kak Rehan".
Senyuman itu begitu manis membuat Rehan seketika terpana. Ia merasa punya harapan lagi untuk hidup bersama dan membahagiakan Raka.
Assalamualaikum,
Selamat Membaca😙Green💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me (END)
Teen FictionRaka Lutfan Danantya, sosok laki-laki yang sangat penurut pada Kakaknya. Ia begitu menyayangi Rehan, bahkan rela mengorbankan apapun untuknya. "Raka juga pengen jadi pelindung nya Kakak". ••• Tidak seperti yang diharapkan, sosok Rehan malah berubah...