ᘛPelukan

19 1 0
                                    

◖◖◖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◖◖◖

"Bertahan ya, jangan menyerah".

-Look At Me-

Ia sama sekali tidak berniat membuka pintu kamarnya, ia sudah tahu bahwa Erzan mengunci nya dari luar. Sebenarnya Raka sudah bangun sejak tadi namun ia memilih tetap pura-pura tidur untuk melihat apa yang akan dilakukan Erzan.

"Cih, suka sekali ikut campur urusan orang".

Raka tengah berdiri di balkon sambil menatap ke arah langit. Ia tidak ingin memejamkan mata nya lagi meskipun angin yang berhembus membuat nya merasa mengantuk.

"Gue takut mimpi buruk lagi, bahkan ketika gue nggak tidur gue masih sering di bayangi kejadian-kejadian itu. Gue nggak tau harus gimana lagi".

Ia menyandarkan tubuhnya di antara pembatas balkon sambil menengadah kan kepala menatap langit yang begitu cerah.

"Gue benar-benar ingin mengakhiri semua nya sekarang".

Padahal Zaki sudah akan sampai ditempat tujuan nya, namun panggilan dari Erzan malah mengganggu nya.

Mendengar perkataan Erzan saja membuat Zaki seketika langsung berbalik arah lagi.
Ya, Erzan bilang padanya bahwa Raka sendirian di rumah dan Erzan mengunci nya dari luar agar Raka tidak pergi kemana-mana. Sedangkan Erzan bilang ia akan pergi sebentar bersama Rena dan hal tersebut berhubungan dengan Raka.

Cepat-cepat Zaki memarkirkan mobilnya sebab Erzan tadi bilang Raka belum makan sedari tadi, oleh karena itu Zaki sempat singgah untuk membeli makanan.

Dengan menentang kresek berisi makanan Zaki segera memasuki rumah.

Ia meletakkan terlebih dahulu makanan tersebut kemudian bergegas menuju lantai atas.

"Untung gue punya kunci cadangan. Benar-benar ya tuh si Erzan, bertindak tanpa berpikir dulu". Ia memutar kenop pintu dan masuk secara perlahan.

Zaki melihat ranjang Raka yang kosong, ia pun mengedarkan pandangannya mencari sosok tersebut.

"Hiks..hiks..hiks..sa..kit..tolong Raka...hiks..hiks..mama..papa..tolong Raka.."

Mendengar itu membuat Zaki langsung diselimuti rasa khawatir tanpa pikir panjang ia pun menuju ke sumber suara.

Di dapati nya Raka tengah duduk bersandar di balkon pembatas kamarnya sambil menekuk kedua lututnya.

"Raka jangan takut, ada Kakak disini..semuanya akan baik-baik saja, jangan takut ya.." ucapnya dengan lembut sambil membawa Raka ke pelukan nya.

Ia mengusap punggung Raka dengan lembut, berusaha membuatnya tenang.

"Tenang ya, Raka nggak sendirian disini, ada Kak Zaki. Apa yang sakit Raka boleh bilang sama Kakak".

Untuk pertama kali nya Zaki bicara selembut ini pada Raka, baru sekarang ia benar-benar dapat merasakan bagaimana beratnya penderitaan yang Raka rasakan.

Tangisan itu masih berlanjut disertai dengan tubuh yang gemetaran. Hal tersebut membuat Zaki semakin mempererat pelukannya pada Raka.

"Raka harus bertahan ya, nggak boleh sampai menyerah. Kita hadapi ini sama-sama ya". Zaki harap Raka dapat mempercayai ucapan nya tersebut.

"Nggak..nggak...Raka nggak mau sendirian..Raka takut..hiks..hiks takut..semuanya meninggal kan Raka sendirian..hiks..hiks..takut.." ia kembali terbayang kejadian masa lalunya itu. Raka merasa itu seperti benar-benar ia alami sekarang sehingga ia tidak bisa berhenti untuk ketakutan.

Zaki terus memeluk Raka yang terus bergerak gelisah. Ia memutar otaknya berusaha mencari cara agar bisa menenangkan Raka.

"Raka, tenang lah. Dengarkan Kakak ya...semua nya akan baik-baik saja. Raka akan bahagia, Kak Zaki janji". Ia mencoba jari kelingking nya dan tersenyum pada Raka.

"Nggak, itu bohong. Kakak bohong sama Raka, semuanya bohong, tidak ada satupun yang ditepati. Bohong!!!!" Teriaknya lagi di pelukan Zaki.

Ingin rasanya Zaki menangis saat ini, melihat keadaan Raka yang begitu menderita.

Ia terus memeluk Raka, kembali mencoba membuat Raka tenang di pelukan nya.

"Nggak papa kalau Raka nggak percaya, tapi Kakak bakal buktikan bahwa Kakak pasti menepati janji ini" bisiknya pada Raka.

"Gue tau Lo seharusnya disayangi bukan disakiti seperti ini. Bahkan gue nggak yakin Rehan pernah memeluk Lo seperti sekarang ini, gue rasa Lo benar-benar butuh pelukan sekarang".

"PTSD(Post Traumatic Stress Disorder)!!" ucap kedua nya serentak.

Dokter pun mengangguk mengiyakan.

"Raka sudah menderita itu sejak ia masih kecil dan itu bertambah parah sejak ia mengalami kecelakaan. Saudaranya pernah membawa nya kesini, namun Raka begitu takut sehingga ia tidak jadi untuk ditangani, sejak saat itu Rehan tidak pernah lagi membawa nya kesini".

Erzan diam-diam mengepalkan tangannya. "Cih, jika saja Lo nggak nyerah secepat itu mungkin saja Raka bisa sembuh. Rehan sialan!!!"

Erzan dan Rena keluar dari ruang dokter tersebut. Wajah kedua nya tampak sendu, kentara sekali merasa mengkhawatirkan keadaan Raka.

"Setidaknya Raka masih bisa di tangani, tapi kita harus bisa membujuk nya". Rena teringat ucapan dokter tadi bahwa Raka sama sekali tidak mau untuk diperiksa dan ditangani. Itu artinya akan sulit juga bagi mereka untuk membujuk nya kembali kesini.

"Gue akan paksa dia, ini juga demi kesembuhan nya". Tekad Erzan membuat Raka bahagia, jadi ia harus melakukan apapun untuk mewujudkan hal tersebut.

Ia menepuk-nepuk punggung itu dengan pelan. Meskipun harus menumpu beban tubuh Raka yang jatuh tertidur Zaki sama sekali tidak mempermasalahkan nya. Ia senang akhirnya Raka bisa tenang.

"Tetap bertahan ya, tunggu sebentar lagi saja".



Assalamualaikum,
Selamat membaca😙

Green💚

Look At Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang