◖◖◖
"Entah sejak kapan terakhir kali gue benar-benar merasa sesakit ini, rasa nya gue pengen tidur aja selama nya dari pada menanggung sakit begini".
-Look At Me-
Raka tetap mengikuti les nya, walaupun pakaian nya basah ditambah dengan mata yang sembab tidak membuat Raka mengurungkan niat nya untuk mengikuti les.
"Argh, tahan dulu ya tunggu gue selesai les dulu, tolong jangan sakit sekarang," Raka merasa kepala nya tiba-tiba pusing, namun ia tetap melanjutkan belajar nya.
Selama 2 jam Raka di tempat les, akhirnya ia sekarang pulang ke rumah. Tubuh nya lelah ditambah kepalanya masih berdenyut sakit.
"Bisa nggak sih, gue bahagia. Hidup gue dipenuhi masalah mulu, kapan selesainya sih," Raka memukul-mukul kepalanya, sakit yang ia rasakan malah semakin bertambah.
Raka ada di bus sekarang, ia masih memukul-mukul kepala nya berharap rasa sakit yang ia rasakan sedikit berkurang.
Orang-orang tidak ada yang peduli, bahkan mereka yang menyaksikan Raka yang memukul kepala nya itu menganggap Raka tidak waras. Padahal jelas-jelas Raka sedang menahan sakit yang teramat sangat pada kepala nya.Suasana rumah terlihat sepi. Raka tidak tahu kemana Tante nya pergi, yang pasti sekarang Raka harus mengistirahatkan tubuh nya dulu. Begitu sampai dikamar nya Raka mencoba mencari obat pereda sakit kepala.
"Kenapa kepala gue masih sakit sih?? Obat juga nggak ada lagi". Raka terlihat frustrasi, sakit di kepala masih belum hilang.
Sebisa mungkin Raka mencoba mencari nya di kotak obat, ia tidak ingin terus merasa kesakitan seperti ini.
"Argh, benar-benar nggak ada obat apapun untuk menghilangkan sakit ini". Ia kembali memegang kepalanya, Raka benar-benar bingung sekarang harus apa. Disekitar sini juga tidak ada apotek atau pun tempat yang menjual obat, jadi ia tidak tahu harus kemana lagi mencari obat untuk meredakan sakit kepala nya itu.
"Argh, s..akit." Tidak kuat untuk berdiri lagi, Raka mendudukkan dirinya dan bersandar pada dinding. Ia kembali membuka kotak obat dan mengambil beberapa pil obat.
"Sepertinya ini satu-satunya cara". Dengan susah payah Raka mencoba mengabaikan rasa sakit nya. Tubuh nya seketika terasa sangat lemah, namun Raka memaksakan dirinya untuk kembali berdiri.
"G..u..e harus ke kamar, nggak mungkin gue makan obat ini di sini. Bisa-bisa Tante malah khawatir". Dengan bertumpu pada pembatas tangga Raka memaksakan dirinya menuju kamarnya di lantai atas.
"Hah..hah..Argh".
Raka mulai mendudukkan diri nya diatas ranjang begitu sampai di kamarnya.
"Kalau gue bisa milih, gue milih tidur selama nya dari pada harus menanggung sakit begini," Raka menelan beberapa butir obat tersebut kemudian membaringkan tubuhnya.
Obat itu mulai bereaksi, rasa kantuk mulai menguasai Raka. Perlahan matanya mulai terpejam. Kemasan obat yang ia konsumsi tadi terjatuh begitu saja dari tangannya. Raka tertidur pulas tanpa mengeluh kan sakit yang masih di deritanya.
Ceklek!
Suara pintu yang terbuka sama sekali tidak menganggu tidur Raka. Seseorang datang menghampiri nya dan berdiri tepat disamping ranjang nya.
"Apa ini??" Tanpa sadar ia menginjak kemasan obat yang Raka ambil tadi.
Orang itu membulatkan matanya terkejut namun sedetik kemudian ia malah tersenyum. Entah apa maksud dari senyuman nya itu.
"Lo nggak bisa tidur nyenyak ya??? Sampai-sampai harus pakai ini segala, padahal gue bisa aja bikin lo cepat tertidur dan merasa lebih baik".
"Dasar Rehan bodoh," lanjut nya pergi dari kamar Raka.
Raka ngapain ya sekarang?? Untung aku udah dapat nomor nya, hubungi aja dia kali ya?? Aku kan harus berusaha untuk dekat dengan nya". Rena mengambil ponsel nya dan mencari nomor Raka.
"Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi."
Rena mencoba menghubungi Raka kembali, lagi-lagi hanya suara operator yang terdengar.
"Raka sibuk kali ya, yaudah deh besok juga kita bertemu". Rena meletakkan kembali ponsel nya.
Rehan masih sibuk dengan pekerjaan nya. Hari sudah semakin larut, namun tidak membuat Rehan segera beranjak dari tempat nya. Sesekali Rehan menghela nafas merasakan dirinya yang mulai lelah berkutik dengan laptop nya.
"Kenapa gue merasa ada yang nggak beres ya?? perasaan gue rasanya nggak tenang". Rehan menutup laptop nya dan segera beranjak menuju ranjang.
"Apa yang gue lakuin salah ya??" Pikirnya menatap langit-langit kamar nya.
Assalamualaikum,
selamat membaca😙Green💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me (END)
Teen FictionRaka Lutfan Danantya, sosok laki-laki yang sangat penurut pada Kakaknya. Ia begitu menyayangi Rehan, bahkan rela mengorbankan apapun untuknya. "Raka juga pengen jadi pelindung nya Kakak". ••• Tidak seperti yang diharapkan, sosok Rehan malah berubah...