ᘛMemendam

75 4 0
                                    


◖◖◖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◖◖◖

"Banyak sebenarnya yang mau gue ungkapin, ketika gue mengingat fakta gak bakal ada yang mau dengerin gue, seperti biasa gue cuma bisa memendam nya sendirian".

-Look At Me-

Raka terlihat fokus mengerjakan tugas nya, sesekali ia terlihat berpikir berusaha menemukan jawaban dari setiap soal matematika yang dia kerjakan.

"Padahal gue selalu memperhatikan penjelasan Bu guru, tapi kenapa gue gak ngerti juga sih," ia mengacak rambut nya frustasi sembari kembali mencoba mempelajari materi yang sudah ia catat.

"Apa gue tanya sama Kak Rehan aja ya?" Raka terlihat berpikir apakah ia harus bertanya pada Rehan yang notabene merupakan siswa yang cukup pintar di sekolah nya.

Setelah berpikir Raka akhirnya memutuskan menuju kamar Rehan.

Rehan tengah sibuk dengan laptop nya, ada beberapa hal yang harus dia urus mengenai perusahaan.

Tok!! Tok!!

Rehan segera membuka pintu kamar nya dengan malas.

"Lo ganggu gue aja, ada apa hah??" Ia menatap kesal Raka, pasalnya dia sibuk sekarang.

Raka menunduk ragu untuk mengatakan tujuan nya datang ke kamar Kakak nya itu.

"Maaf Kak, Raka cuma mau tanya apakah Kakak mau mengajari Raka matematika, soal nya masih ada tugas Raka yang belum bisa Raka selesai kan," meskipun ragu Raka akhirnya memberanikan dirinya untuk bicara dengan Rehan.

Ekspresi Rehan seketika berubah dingin bercampur emosi.

"Lo pikir gue gak ada kerjaan apa, gue itu sibuk makanya Lo nggak gue hukum tadi, dan gue gak mau ngajarin lo. Belajar sendiri sana!" Rehan mengusir Raka kemudian menutup kembali pintu kamar nya dengan keras.

Bruk!!!

Raka menatap nanar pintu kamar sang Kakak.

"Lagi-lagi gue malah berharap, hah.. kenapa gue selalu gini sih", sambil menghela nafas Raka tersenyum sendu dan kembali menuju kamarnya.

Raka menatap buku tugas nya sejenak sebelum ia berjalan mengumpulkan buku itu.

"Gak papa deh salah, setidaknya gue udah usaha", batin nya segera menyerahkan buku tugas nya tersebut.

Ia jadi mengingat usahanya kemarin malam. Setelah Rehan menolak untuk mengajarkan nya, Raka kembali mencoba mempelajari materi yang sudah ia pelajari tersebut. Pada akhirnya ia bisa menyelesaikan tugas sekolah nya itu meskipun ia tak yakin jawaban nya benar atau tidak.

Seorang gadis terlihat menuju kelas seseorang sambil tersenyum menenteng sebuah bekal makanan.

"Akhirnya aku menemukan kelas nya," ekspresi nya terlihat senang begitu melihat dari jendela keberadaan orang yang ia cari-cari.

"Ke kantin nggak ya?? tapi gue harus hemat, kelihatan nya Kak Rehan gak bakal ngasih gue uang jajan lagi deh," batinnya sambil menumpukan kepala nya pada meja, ia jadi teringat kejadian kemarin.

"H..alo," ujar seseorang yang menatap Raka gugup.

Raka memalingkan pandangan merasa ada seseorang yang menyapa nya.

Benar, ada seorang gadis berdiri di hadapan nya sambil membawa sebuah kotak bekal makanan.

"Maaf lo ngomong sama gue ya??" tanya nya menunjuk dirinya sendiri.

Gadis itu mengangguk cepat.

"Aku Rena Amelia Putri, aku ingin memberikan ini," tanpa basa-basi gadis itu langsung menyodorkan sebuah bekal makanan yang sedari tadi ia bawa.

Raka menatap bingung kepada gadis itu. "Maaf tapi gue nggak kenal sama lo, kenapa lo ngasih gue ini???" ujarnya menatap gadis itu bingung.

Rena semakin gugup tidak tahu bagaimana harus menjelaskan nya, namun ia mencoba meyakinkan dirinya.

"Aku cuma ingin lebih mengenal kamu, tolong terima ya ini juga sebagai ucapan terima kasih". Setelah mengatakan itu, ia bergegas pergi meninggalkan Raka.

"Ucapan terima kasih??" ulang Raka mencoba mengingat apakah ia pernah bertemu dengan Rena sebelumnya.

"Kayak nya gue gak pernah deh bertemu dia, tapi kenapa dia malah berterima kasih sama gue," Raka semakin dibuat kebingungan.

Rehan sekarang sedang berada di ruangan Kepala Sekolah, wajahnya terlihat tidak bersahabat.

"Tante apa-apaan sih, biarin aja dia gitu, Tante gak perlu ikut campur urusan kami". Rehan menatap emosi Kepala Sekolah yang merupakan istri dari Pamannya itu.

"Rehan, apa kamu gak kasihan sama Adik kamu. Kamu tahu sendiri kan Raka itu bukan lah orang yang terbuka jika ia ada masalah ia pasti akan pendam sendiri. Kamu harus nya yang paling tahu bagaimana Raka itu, apa kamu tahu dia bahkan jarang keluar kelas untuk pergi ke kantin saja hanya sesekali. Tante nggak yakin dia punya teman. Ia juga harus punya masa depan yang cerah Rehan, kalau kamu sebagai Kakak nya nggak mau membantu nya dalam belajar biar Tante yang masukkan dia ke tempat les, dia harus bisa melanjutkan pendidikan nya supaya bisa mengelola perusahaan bersama kamu nanti nya," mencoba menjelaskan pada Rehan.

Rehan tidak membalas dan langsung meninggalkan ruangan itu.

"Kenapa kau sampai bersikap begitu pada Adik mu sendiri," gumam nya sambil menatap  kepergian Rehan, ia merasa kasihan pada Raka.

Raka baru saja pulang sekolah, ketika memasuki kamar nya ia dikejutkan dengan kamar nya yang begitu berantakan.

"Sekarang sebaiknya lo pergi dari sini, gue gak mau lagi liat muka lo." Rehan melempar kan sebuah tas kepada Raka.

"Gue gak mau nerima lo lagi. Pergi sana, gara-gara lo Tante udah gak sayang sama gue, Tante lebih memperhatikan lo dari pada gue," lanjutnya kemudian menutup pintu kamarnya dengan kencang.

Raka tidak bisa berkata-kata, ia dilanda kebingungan sekaligus sedih karena Rehan mengusir nya. Bahkan lidah nya terasa kelu untuk menjawab ucapan yang tadi Rehan lontarkan kepada nya.

"Gini terus nasib gue, emang udah takdir kali ya, bahkan gue gak bisa mengungkapkan semua yang sebenarnya gue rasain". Lagi dan lagi seperti biasa Raka hanya bisa tersenyum sendu.

"Seharusnya gue yang ngerasa sakit hati Kak, gue iri sama lo, lo punya teman tempat lo keluh kesah, sedang kan gue sama sekali gak punya. Setiap hari yang pengen gue ungkapin selalu gue pendem sendirian," Raka mengambil tas yang tadi Rehan lempar kan kepadanya dan sejenak menatap pintu kamar Rehan yang sudah tertutup rapat.

"Semoga Kakak baik-baik aja tanpa gue ya, kalau Kakak butuh gue lagi, gue siap kembali. Takdir gue untuk membuat Kakak bahagia, gue benar-benar gak bisa membenci Lo Kak". Raka tersenyum tipis, kemudian berjalan sambil menjinjing tasnya.











Assalamualaikum,
Selamat membaca😙

Green💚

Look At Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang