Chapter 2 - 💋The Next Woman💋

3.8K 98 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Argh! Lepasin!" Jiana terus meraung. Ia berusaha melepaskan diri dari rengkuhan pria asing itu, tetapi sia-sia.

Alkohol sudah menguasai diri Jiana hingga kedua lututnya tidak mampu menopang berat tubuh.

"Aku antar kamu pulang." Suara berat Vian kembali terdengar di antara musik yang berisik.

"Aduh." Jiana terjatuh karena sudah tidak mampu berjalan.

Tidak memiliki pilihan lain, Vian membopong tubuh Jiana lalu membawanya keluar klub. Suasana yang tadinya sesak karena harus berebutan oksigen bercampur aroma keringat serta alkohol, kini terasa lebih lega. Vian buru-buru membawa tubuh Jiana ke dalam Porsche merahnya.

Menutup pintu lalu mengitari mobil tersebut untuk duduk di belakang kemudi. Dada sekal Jiana yang mengintip dari bra hitam itu sesekali menarik atensi Vian. Well, bagaimanapun juga ia adalah pria normal. Tidak ingin sesuatu yang diinginkan setiap pria terjadi, Vian menggunakan jasnya untuk menutupi tubuh Jiana.

Lantas ia mengatur napas yang terengah setelah membopong tubuh ramping Jiana. "Hah, bagaimana bisa dia menari dengan seragam kerja? Ceroboh sekali."

Vian baru saja tiba di Bali setelah menempuh perjalanan udara selama 20 jam. Ia memutuskan untuk singgah sebentar di Filter night club yang dikelola oleh kembarannya sebelum esok hari harus berkutat dengan urusan pekerjaan.

Baru saja menikmati tequila beberapa teguk, atensi Vian tersita dengan tingkah Jiana yang bergoyang di tiang dansa dalam balutan seragam The Moon Hotel. Tidak ingin nama baik perusahaan tercoreng, Vian langsung menghampiri Jiana dan menariknya.

"Hey! Dimana rumahmu?" tanya Vian sambil menjentikkan jari di depan wajah Jiana.

"Rumah?" Jiana terkekeh. "Dimana ya rumahku? Nggak tahu."

"Astaga, berapa botol yang kamu minum."

Tidak memiliki cara lain, Vian mencoba membuka tas selempang yang masih mengalung di tubuh Jiana untuk mencari identitas.

"Siapa nama saudara kamu?" tanya Vian sia-sia sebab tidak mendapatkan jawaban. Lantas Vian membuka ponsel Jiana yang tidak terkunci untuk mencari kontak kerabatnya.

Jiana menoleh pada Vian sambil tersenyum. "Kamu tampan sekali. Raditya pasti cemburu kalau lihat kita bersama."

"Raditya pacar kamu?" Vian merespon. "Biar aku telepon dia buat jemput kamu," tambahnya seraya menggulirkan jemari di layar ponsel.

"Jangan!" Jiana spontan merebut ponselnya dari tangan Vian. "Dia nggak akan datang," ucapnya terjeda lalu menangis. "Dia udah nggak peduli sama aku."

"Shhh, Diam!" Perintah Vian yang terlontar dengan suara bariton itu sontak membuat Jiana terdiam.

"Shhh, diam." Jiana meletakkan jari telunjuknya di bibir. "Kalau gitu kita tunjukan foto ini buat Raditya."

Vian terhenyak ketika Jiana berswafoto sambil menciumnya dengan penuh tekanan.

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang