Chapter 11 - 💋Heartache healing mission💋

3.8K 69 2
                                    

Jemari Jiana terus menghentak di papan keyboard untuk mencari kata kunci yang diinginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari Jiana terus menghentak di papan keyboard untuk mencari kata kunci yang diinginkan. Bola mata Jiana bergerak ke kiri dan kanan untuk membaca deretan kalimat yang muncul di layar macbook. Sesekali ia tersentak hingga tangannya spontan menutup mulut ketika membaca hasil penelusuran itu.

Buru-buru Jiana membuka halaman baru dan memeriksa dokumen kesepakatan antara dirinya dengan Vian. Embusan napas lega lolos dari bibr Jiana setelah membaca kalimat 'Apabila submissive berkata tidak, maka Dominan tidak akan memaksakan kehendak.'

"Oke, setidaknya aku tidak akan dicambuk secara brutal," gumam Jiana melanjutkan isi perjanjian yang diberikan oleh Vian.

Surat kesepakatan tersebut berisi bagaimana cara Vian berhubungan seksual dan meminta Jiana untuk tetap menjaga kesehatan agar selalu berada dalam keadaan yang prima. Membaca kalimat demi kalimat yang tercetak, membuat Jiana teringat salah satu film yang sempat ia tonton semasa SMP bersama Amber secara diam-diam. Dalam film tersebut seorang CEO tertarik dengan sekretarisnya dan menawarkan kesepakatan seperti ini. Semula Jiana berpikir kisah itu hanya ada di film, ternyata sekarang terjadi pada dirinya.

Well, meskipun terlihat semena-mena, tetapi Vian berpedoman pada kesepakatan dua belah pihak. Andai saja bisnis prostitusi menggunakan perjanjian semacam itu sebelum transaksi. Misalnya kedua belah pihak harus dalam keadaan bersih. Tidak ada yang bau badan atau semacamnya. Sebab bisa saja salah satu merasa tidak nyaman, lalu menegur dan pihak lain tidak terima lantas sakit hati. Setelah itu berujung pada pembunuhan. Bisa saja terjadi, sebab manusia akan sulit berpikir dengan jernih saat harga dirinya dijatuhkan.

Mata Jiana terus bergerak membaca penjabaran mengenai perilaku seks seorang dominan yang selalu memegang kendali. Mendadak, bulu kuduk Jiana meremang saat teringat sentuhan ujung bibir Vian yang menelusuri setiap jengkal lehernya. Benak Jiana kembali diterbangkan pada kejadian beberapa jam yang lalu. Malam yang penuh gairah, beratapkan langit hitam dengan gemerlap bintang dan bulan sebagai sumber cahaya.

Vian terus melumat bibir Jiana dengan hisapan kuat. Pun jemarinya tidak tinggal diam untuk melepaskan kancing kemeja Jiana hingga menampilkan sepasang dada padat yang menyembul di sela-sela simpul tali yang mengikat tubuh.

"Ah." Jiana melengkungkan punggung saat lidah Vian bergerak turun ke dada dan mulai bermain di sekitar areola merah jambu itu.

Birahi keduanya meletup-letup tidak terkendali. Tanpa membuang waktu, Vian mengangkat tubuh Jiana ke atas meja seraya menyingkirkan piring dan gelas yang sebelumnya tertata di sana. Suara riuh mengaung di balkon tanpa atap tersebut.

Jiana mengatur napasnya yang terengah. Parah dengan apa yang akan dilakukan oleh pria tampan yang sesekali menyeringai saat menatap paras Jiana yang polos tanpa perlawanan itu.

Tegukan saliva lantas tercipta, ketika Vian melepaskan celana Jiana sambil berkata, "kamu bisa menghentikanku kalau ingin berhenti. Aku tidak akan memaksa."

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang