Chapter 17 - 💋 He's so damn romantic💋

1.6K 46 1
                                    

Di kamar gelap yang penuh dengan aroma yang asing, Jiana mendapati dirinya terjerat dalam mimpi buruk yang telah menghantuinya selama bertahun-tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kamar gelap yang penuh dengan aroma yang asing, Jiana mendapati dirinya terjerat dalam mimpi buruk yang telah menghantuinya selama bertahun-tahun.

Kala itu Jiana masih seorang anak kecil yang polos, dengan mata cokelat terangnya yang berkilauan dan rambut hitam sebahu. Namun, dalam mimpinya ia menjadi bocah kecil yang ketakutan dan bingung. Ia terbangun di sebuah ruangan kosong yang mencekam, dikelilingi oleh dinding yang terlihat usang dan bersandar pada lantai yang dingin. Ruangan itu hampir sepenuhnya gelap, kecuali sinar samar dari jendela di sisi yang jauh.

Ketika Jiana mencoba berdiri, lemas lantas menyergap, seolah-olah sesuatu telah terjadi padanya. Kemudian ia mendengar suara langkah yang mendekat, dan seorang wanita misterius muncul dari bayangan. Wanita itu memiliki rambut panjang, bergelombang dan berwarna hitam pekat. Bibirnya berlipstik merah terang, dan mengenakan gaun hitam yang elegan dengan heels merah menyala. Ia tertawa bengis, seakan-akan keluar dari sebuah film noir yang mencekam.

Wanita itu melihat Jiana dengan tatapan tajam, dan berkata dengan dingin, "Kamu adalah sumber masalah, bocah. Kamu seharusnya tidak pernah dilahirkan ke dunia ini!"

Jiana hanya bisa terdiam dan tidak paham apa maksud ucapan wanita itu. Ia merasa takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan di tempat seperti ini.

Saat mencoba menangis dan meminta pertolongan, wanita itu justru mendorongnya ke lantai dingin. Jiana menangis histeris, merasa terjebak dalam kengerian yang tidak bisa dimengerti. Wanita itu terus menghina dan mengatakan bahwa Jiana adalah anak haram yang tidak seharusnya terlahir ke dunia. Pun ia berucap jika Jiana adalah sebuah kutukan.

"Anak haram? Apa anak haram?" batin Jiana tidak mampu bersuara. Tubuhnya bergetar sambil terisak di sudut ruangan yang lembab.

"Kenapa aku tidak bisa dicintai sepenuh hati?" Tatapan mengerikan dari wanita itu seketika berubah menjadi nelangsa. Perlahan air mata yang menggenang di matanya jatuh melindas pipi. "Kenapa suamiku mencintai ibumu, bukan aku? Kamu dan ibumu adalah penyebab semua masalah ini!" Wanita itu terus menghujat Jiana seraya melemparkan tatapan penuh kebencian. Jiana hanya bisa menangis, tidak mengerti mengapa ia harus mengalami situasi seperti ini.

Jiana memeluk kedua lututnya sambil terus menangis. Bibirnya bergetar sambil sesekali memanggil sang ibu. "Ibu... ibu..."

"Jangan sebut nama wanita itu!" Teriakan wanita itu membuat Jiana terjingkat. "Jangan sebut!" tambahnya sambil menunjukkan jari ke wajah Jiana.

Meraih botol kaca berisi minuman beralkohol lalu wanita itu meneguknya. Ia mengayunkan kaki untuk pergi sambil meracau tidak jelas. Jiana ditinggalkan dalam ruangan gelap dan sempit.

Jiana menoleh ke kanan kiri untuk mencari jalan keluar. Namun, ketika mencoba bangkit, ketakutan yang mendalam mencegahnya bergerak. Ia merasa terlalu kecil, lemah, dan tidak berdaya untuk menghadapi wanita itu.

Susah payah Jiana memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan tersebut. Setelah secercah cahaya masuk melalui celah pintu, Jiana berteriak histeris ketika sepasang sepatu merah menggantung dengan kaki yang lemah.

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang