Chapter 23 - 💋Please, don't leave me 💋

1K 46 2
                                    

“Aaaa!” Kepala Jiana menengadah akibat jambakan dari wanita tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aaaa!” Kepala Jiana menengadah akibat jambakan dari wanita tersebut. Ia melirik pada layar ponsel yang masih menyala, tetapi berada jauh dari jangkauan. “Lepaskan aku!” 

“Aku tidak akan melepaskanmu!” Kedua bagian gigi wanita tersebut menggeram diikuti rahang yang menguat. Seolah kebencian terhadap Jiana berkumpul di sana.

“A-aku tidak tahu apa-apa,” rintih Jiana yang masih berusaha untuk melepaskan jambakan kuat itu. Rasanya rambut Jiana akan terlepas dari akarnya. “A-aku juga menderita selama ini.”

“Setidaknya kamu masih punya ibu. Sedangkan aku ….” Suara wanita yang tidak terdengar asing itu tertahan sesaat. Sementara Jiana berusaha menggeser tubuh seraya menjangkau ponsel yang layarnya masih menyala dengan nama Vian tercetak di sana. 

Merasakan jambakan wanita itu melonggar, Jiana mendorongnya dengan sekuat tenaga. Segera ia meraih ponsel dengan napas yang memburu. 

“Vi-vian, tolong aku. Aku di hotel Widjaja kamar 212,” ucap Jiana terbata. 

[“Tunggu aku disana!”] Panggilan terputus, Jiana yang melakukan. 

“Sial!” desis wanita asing itu. 

Mendengar suara tersebut, Jiana menggeser jemari di layar ponsel untuk menyalakan senter. Segera ia menyorotkan cahaya ke segala arah untuk melihat siapa wanita yang sudah tega berbuat seperti ini kepadanya. Namun, hanya rambut hitam panjang yang dilihat oleh Jiana diikuti suara ketukan heels yang semakin menjauh. 

Tubuh Jiana seketika bergetar, lemas tanpa kekuatan seperti jelly. Kepalanya bersandar pada tembok diikuti buliran air mata yang perlahan melindas kedua pipi. Serentetan kata yang terucap dari wanita itu kembali memenuhi kepala Jiana. 

‘Kamu hanya anak haram yang tidak seharusnya terlahir ke dunia. Ibumu sudah menghancurkan keluargaku. Kalian perusak kehidupan orang lain. Kamu tidak layak bahagia.’

Spontan tangan Jiana memeluk kedua kakinya sambil terisak. Kalimat tersebut sama persis dengan ucapan wanita yang pernah menculiknya di masa lalu. Wanita dewasa yang mengakhiri hidup di depan Jiana dengan sepasang heels merah tergantung di kaki. 

‘Anak haram tidak pantas bahagia! Kamu anak haram! Anak haram! Anak haram!’

Kalimat tersebut terus memenuhi kepala Jiana disertai suara wanita yang membuat Jiana frustrasi. Ia mengoyak rambut sambil menundukkan kepala. Dada Jiana terasa semakin sesak ketika menahan isakan. Jiana hanyalah seorang anak yang tidak tahu menahu mengenai masa lalu sang ibu. Ia hanyalah seorang anak yang diundang ke dunia untuk menikmati kehidupan. Namun mengapa sekarang ia yang harus menanggung semua dosa itu? 

“Tidak! Aku bukan anak haram!” teriak Jiana sekuat tenaga. Bersamaan dengan itu lampu ruangan tersebut menyala diikuti derap langkah yang mendekatinya. 

“Jiana! Kamu kenapa?” tanya Vian yang segera menghampiri Jiana setelah mendapati wanita itu terisak di sudut ruangan. 

“A-aku bukan anak haram, Vian. Katakan jika aku bukan anak haram! Katakan!” Wajah Jiana mendongak pada Vian dengan air mata yang membasahi wajah. Bahkan eyeliner yang semula menghias apik di kelopak, kini luntur menyisakan warna hitam di bawah mata. “Katakan!” teriak Jiana sekali lagi sambil mencengkram polo shirt pria tersebut. 

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang