Chapter 15 - 💋The Revenge💋

2K 48 2
                                    

Sinar senja merah jambu menjadikan latar belakang yang sempurna ketika Jiana, yang berperan sebagai karyawan teramah di The Moon Hotel, duduk berhadapan dengan Vian, manajer utama hotel tersebut. Acara ini adalah bagian dari promosi hotel baru mereka di Uluwatu, dan keseruan seolah menari di udara saat semua karyawan berbisik-bisik sambil memuji ketampanan Vian dan kecantikan Jiana.

Mereka tampak serasi, terutama dengan pemandangan matahari terbenam yang mengagumkan sebagai latar belakang potret mereka. Ombak pantai terlihat menggulung riang ditemani burung -burung yang berterbangan. Suara deburan ombak yang menghantam batu karang semakin menambah estetika sesi wawancara mereka. Kolam renang dengan desain laguna di Hotel De Luna adalah pilihan yang tepat untuk merekam pemandangan terbaik di sana.

“Sebelum mengakhiri sesi bincang-bincang kali ini, apa harapan Pak Vian untuk Hotel De Luna yang sebentar lagi akan diresmikan?” tanya Jiana seraya mengulas senyuman manisnya.

Vian terdiam sejenak dengan gestur tubuh yang berwibawa. Setelan jas hitam lengkap dengan vest warna senada, tampak menyempurnakan penampilan. Lantas ia melemparkan tatapan kepada Jiana dengan senyuman tipis terukir di bibir.

“Saya berharap, hotel ini tidak hanya memberikan manfaat kepada wisatawan lokal maupun mancanegara, tetapi juga warga sekitar yang ikut berkontribusi sebagai staf terbaik kami,” tukas Vian dengan lugas.

Waktu Jiana terhenti beberapa detik, seolah terhipnotis dengan pesona Vian yang tidak terelakkan. Nyatanya pria itu tidak hanya tampan dan jantan di atas ranjang, tetapi juga penuh dengan kharisma. Ketika sedang serius, aura Vian semakin membuncah. Tidak heran mata para staf wanita enggan berkedip saat pertama kali melihat Vian.

“Semoga harapan Pak Vian terwujud,” sahut Jiana terbangun dari lamunan ketika salah satu tim melambaikan tangan ke arahnya. “Baiklah, cukup sekian bincang-bincang kali ini bersama manajer utama Hotel De Luna, Pak Vian Baidurya Aditama. Saya Jiana mohon undur diri dan sampai jumpa di acara bincang-bincang selanjutnya.” Senyuman lebar Jiana menandakan berakhirnya acara.

“Cut! Oke! Perfect!” teriak sutradara mengakhiri pengambilan video diikuti suara hentakan clapper board.

Saat tepuk tangan saling bersahutan untuk memberikan apresiasi atas kerja keras tim hari ini, Vian menoleh ke arah Jiana dengan kedua mata yang meneliti wajah ayu di hadapannya itu. Jika diingat-ingat, Jiana adalah wanita tercantik diantara submissive Vian sebelumnya. 

"Jiana, apa kesukaanmu?" tanya Vian dengan penuh minat. Tatapannya masih enggan berpaling dari Jiana.

Jiana memikirkan sejenak kemudian menjawab, "Hmm, apa ya? Saya sangat menyukai bunga Lily. Mereka memiliki kecantikan yang begitu khas dan harum yang memikat."

"Jadi kamu tidak menyukai bunga mawar pemberianku semalam?" Salah satu alis Vian terangkat ke atas lalu bersedekap.

"Bukan begitu.  Saya juga suka bunga mawar, tapi paling suka bunga lily," ungkap Jiana.

Senyuman di wajah Vian semakin lebar. "Bunga Lily memang indah.” Vian menjeda ucapannya sebentar, “sama sepertimu.”

Kalimat terakhir yang diucapkan Vian terlalu lirih, sehingga Jiana mengerutkan kening seraya memajukan tubuhnya kepada Vian. “Maaf, Pak Vian bilang apa tadi?”

“Aku akan mengingatnya, bunga Lily," tandas Vian diikuti senyuman yang sukses membuat wajah Jiana menghangat. Sudah dipastikan kedua pipinya akan memerah seperti tersapu blush on. Kontan Jiana membuang muka dari Vian untuk menyembunyikan rasa canggung yang tercetak jelas di wajah.

Sebelum mereka bisa melanjutkan percakapan, Vian diinterupsi oleh panggilan telepon yang tidak diinginkan. Layar ponselnya menampilkan nama 'Ruby', mantan calon tunangannya yang telah berselingkuh dengan mantan kekasih Jiana. Vian melihat panggilan masuk dengan ekspresi serius, dan dengan cepat mematikan ponsel. la tampak ingin menghindari drama yang tak diinginkan saat itu.

“Vian!” suara lembut seorang wanita paruh baya membuat Vian dan Jiana menoleh bersamaan.

Seorang wanita dengan rambut yang dibiarkan terurai serta blouse warna putih dilengkapi celana cutbray setengah berlari menghampiri Vian. Sesaat Jiana memerhatikan penampilan anggun dan elegan dari wanita yang tampak tidak asing itu.

“Mama?” panggil Vian dengan wajah keheranan. Seba hari ini seharusnya Silvia merayakan ulang tahun pernikahan bersama Aditama.

“Surprise!” Silvia berseru kemudian mengecup pipi kanan dan kiri Vian. “Kamu kelihatan tampan sekali. Sepertinya Hotel De Luna nggak perlu model buat promosi,” tambah Silvia seraya mengusap pipi Vian.

“Mama kok kesini? Bukannya ….” Ucapan Vian terjeda lalu mengembuskan napas kasar.

Kebiasaan Aditama membatalkan perayaan ulang tahun pernikahan dengan Silvia kembali terulang. Padahal Silvia sudah menyusun kejutan kecil dan sangat antusias untuk merayakan hari jadi mereka. Well, begitulah jika hidup bersama seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya. Harus berbesar hati dengan cinta tanpa balasan. Ah, cinta itu memang menyakitkan. Entah siapa yang selalu berdeklamasi jika cinta bisa membuat bahagia. Nyatanya Vian selalu melihat lara di wajah sang ibu gara-gara satu kata itu.

"Papa kamu ada urusan mendadak. Makanya Mama bisa kesini," ucap Silvia seraya menyunggingkan senyum tipis kepada Vian.

Bohong!

Satu kata itu spontan muncul di kepala Vian. Sekejam apapun perlakuan Aditama, Silvia masih bisa memaklumi dan memberikan maaf.

Sementara itu mata tajam Jiana mengamati dengan cermat kedekatan Vian dengan ibunya. la kembali teringat artikel semalam yang membahas penyebab seseorang menggemari BDSM. Well, sebenarnya BDSM bukanlah tindak kekerasan. Setiap akan mengikat atau mencambuk Jiana, Vian selalu meminta consent. Namun, tetap saja rasa ingin tahu Jiana tentang masa lalu Vian sulit dielakkan.

Vian dan ibunya terlihat akrab, berbicara dengan tulus diiringi tawa kecil. Jiana mulai membuat asumsi tentang masa lalu Vian. Apakah mungkin Vian pernah mengalami pengalaman yang sulit atau memilukan yang membuatnya menjadi seperti sekarang? Pikiran-pikiran ini bergulir di benak Jiana, membentuk puzzle yang dia coba pecahkan.

Ketika Vian tiba-tiba menoleh ke arahnya, mata mereka bertemu. Jiana merasa seperti seperti terperangkap dalam pandangan Vian yang dalam dan misterius. Hatinya berdebar keras, dan salah tingkah.

Tanpa berpikir panjang, Jiana mencuri lihat ke arah toilet dan berdiri. Dengan alasan untuk pergi ke toilet, ia berjalan dengan langkah canggung. Wajahnya memerah, dan merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi di dalam hati, pertanyaan tentang Vian dan apa yang mungkin terjadi di masa lalunya tetap menghantui.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Silvia seraya mengikuti arah pandang Vian.

"Nothing, Mom." Vian langsung menyurutkan lengkungan senyuman yang semula tercetak.

Silvia hanya tersenyum sambil mengamati pribadi Jiana yang terus berjalan tanpa menoleh. Baru kali ini ia melihat Vian rela menghabiskan waktu untuk memandang seorang wanita.

***

Mata Ruby terpaku pada layar ponsel yang menampilkan wawancara terbaru antara Jiana dan Vian. Hati Ruby berdebar keras ketika melihat kedekatan mereka dalam video tersebut. Kontan ia meremas kuat sampai kukunya memutih keseluruhan. Ruby merasa seperti tenggelam dalam lautan cemburu yang mendalam.

Wajah cantik Jiana yang selalu mempesona itu membuat Ruby semakin geram. Ia merasa terluka, ketika mengingat sang ibu memilih untuk bunuh diri karena kedatangan ibu Jiana. Orang ketiga yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluarga Ruby.

"Kamu dan ibumu nggak akan hidup bahagia!" geram Ruby diikuti air mata yang menyelimuti sklera. "Kamu harus merasakan kesedihanku selama ini, Jiana!" Emosi Ruby semakin meluap saat membaca pujian netizen yang dilayangkan kepada Jiana dan Vian pada kolom komentar. "Aku tidak akan membiarkanmu bahagia!"

Teriakan Ruby mengaung di dalam ruangan, disusul suara vas yang pecah akibat lemparan ponselnya. Mata basah Ruby kemudian terlempar pada foto yang tergantung di dinding.

"Aku akan membalas dendam kepada mereka, Ma. Mereka yang sudah membuat keluarga kita hancur dan membuat Mama pergi. Aku bersumpah akan menghancurkan mereka," tandas Ruby diikuti rahang yang mengetat. "Aku bersumpah!"

TO BE CONTINUED….

Hola,  sampai disini apakah teman-teman menikmati  alurnya? Atau justru bingung? 🥲😁

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang