Chapter 10- 💋The Sexy Night💋

4.6K 75 0
                                    

Jiana memang belum begitu mengenal kepribadian putra ketiga keluarga Aditama itu, tetapi ada satu hal yang ia ketahui saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiana memang belum begitu mengenal kepribadian putra ketiga keluarga Aditama itu, tetapi ada satu hal yang ia ketahui saat ini. Vian adalah pria yang menepati janji. Beberapa jam yang lalu Vian berkata akan menjemput Jiana dan tidak akan membiarkannya menunggu. Sekarang saat Jiana keluar lobi, pribadi Vian sudah menunggu di depan supercar dalam balutan turtle neck warna hitam. 

Spontan mata Jiana memindai penampilan putra ketiga konglomerat itu. Sepasang alis tebal yang diikuti iris gelap itu tampak menjelajahi arsitektur perpaduan Eropa dan bangunan candi The Moon Hotel. Mengamati pribadi Vian membuat waktu Jiana seolah berhenti sesaat. Pria tersebut terlihat misterius dan dingin. Tatapan Vian yang tajam sangat mengintimidasi, tidak jarang membuat kedua lutut Jiana menjadi lemas. 

“Sampai kapan kamu mau berdiri di sana?” Suara berat Vian seketika membangunkan lamunan Jiana. 

“Ah, i-iya.” Jiana menampar pipinya sendiri lalu bergegas menghampiri Vian. Saat berjalan, Jiana terus bergumam memperingati diri sendiri, “fokus Jiana! Fokus. Kamu melakukan ini untuk mengobati rasa sakitmu dan melupakan Si Brengsek Raditya itu.” 

Tanpa menunggu perintah dari Vian, Jiana langsung membuka pintu samping kemudi dan duduk di sana. Melihat tingkah Jiana yang tidak menunggu perintah, Vian menyeringai. Kemudian ia segera masuk ke dalam mobil dan mengemudikannya. 

Selama perjalanan, hanya suara musik klasik karya komponis Wolfgang Amadeus Mozart yang menghiasi telinga. Tidak sepatah kata pun terlontar dari bibir Jiana atau Vian. Sesekali Jiana melirik Vian dari sudut matanya lantas buru-buru berpindah ketika Vian menyadari tatapan itu. 

Menyukai musik klasik, mengoleksi banyak supercar, tidak banyak bicara, selalu harum dan rapi sangat menegaskan jika Vian benar-benar putra keluarga kaya. Jiana pernah dengar jika para keluarga old money tidak suka banyak bicara dan akan mengeluarkan suara saat penting saja. 

Hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk membelah jalanan Denpasar yang cukup sesak dan tiba di sebuah mansion dengan warna putih yang mendominasi. Mata Jiana kontan terbeliak saat melihat rumah megah dengan lampu terang menghiasi setiap pilar. 

Jiana yang masih terkagum dengan rumah megah itu tidak sadar jika Vian sudah berpindah tempat dan membukakan pintu untuknya. Sampai Vian harus menjentikkan jemari di depan wajah Jiana. 

“Ah iya, ini rumah Pak Vian?” tanya Jiana polos seraya melemparkan tatapan kepada Vian. 

“Tidak mungkin aku membawamu ke rumah orang lain,” jawab Vian. “Cepat turun.”

“I-iya.” Jiana mengayunkan kaki turun dari mobil kemudian mengikuti langkah Vian. 

Beberapa pelayan dengan seragam hitam dan celemek putih yang mengait pinggang serentak menyambut kedatangan Vian dan Jiana. Mata Jiana terlempar pada pelayan satu ke pelayan lain yang berjejer. Ia seolah terlempar ke dimensi yang berbeda. Sekarang Jiana merasa seperti Rachel Chu yang pertama kalinya menginjakkan kaki di kediaman keluarga Crazy Rich di Asia. Namun, Jiana berada di sana bukan untuk menikah melainkan menjadi submissive Vian yang entah akan seperti apa. 

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang