Chapter 14 - 💋About his pain💋

3.4K 53 27
                                    

Iris gelap Vian memindai lekuk tubuh Jiana yang menggoda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris gelap Vian memindai lekuk tubuh Jiana yang menggoda. Wanita itu memiliki tubuh ramping dengan tinggi yang semampai. Sempurna.

Vian meregangkan otot tengkuk lalu mulai bersuara, "ikut denganku."

Sambil meneguk saliva diikuti jantung yang berdebar keras, Jiana menurut. Dalam keadaan mata tertutup dasi Vian, Jiana melangkah perlahan.

"Menungginglah," titah Vian sembari menggulung lengan hingga siku.

( Baca selengkapnya di Karyakarsa)

***

Langkah kaki yang mendekat ke kamar Vian membuatnya menoleh. Di ambang pintu tampak Narendra sedang mengukir senyuman lebar kepada sang adik tiri.

"Aku akan menyusul, Tino," ucap Vian kepada Tino.

"Baik, Tuan muda. Saya tunggu di mobil," jawab Tino patuh seraya menyeret koper Vian. Saat melewati Narendra, pria muda itu juga tidak lupa menganggukkan kepalanya sebagai rasa hormat. Well, Tino sudah dirawat oleh keluarga Aditama sejak berusia 6 tahun. Pun sampai saat ini ayah Tino menjadi tangan kanan Aditama.

"Kamu harus menunjukkan kemampuan terbaikmu sama Papa," tukas Narendra berjalan mendekati Vian.

Vian menyeringai. "Dia tidak akan pernah puas dengan kita, untuk apa berusaha keras."

"Vian, setidaknya buktikan jika kamu bisa diandalkan," tambah Narendra seraya mengusap pundak sang adik tiri. "Menjadi manajer utama di The Moon hotel adalah syarat dari Papa sebelum kamu memegang beberapa perusahaan. Kamu berhak atas semua itu, Vian. Jadi, tunjukkan kemampuanmu."

Vian melemparkan tatapan hangat kepada Narendra. Meskipun terlahir dari rahim yang berbeda, Narendra cukup perhatian kepada Vian. Sejak menginjakkan kaki di istana Aditama, Narendra tidak pernah memandang Vian dan Jival sebagai saudara tiri atau saingan. Ia menyambut kedatangan Vian dan Jival dengan rentangan tangan sebagai saudara laki-laki yang penuh kasih sayang.

"Jangan beri aku tatapan seperti itu," ucap Narendra sambil menepuk pipi Vian pelan. "Oh ya, Jiana jadi ikut 'kan?"

"Tentu, dia adalah karyawan terbaik di The Moon Hotel. Sudah seharusnya kita menjadikan dia face of company," tandas Vian yang dibalas anggukan kepala oleh Narendra.

Selanjutnya dengan mengendarai Mercedes keluaran terbaru, Vian menjemput Jiana untuk pergi bersama ke Uluwatu. Mereka hanya membutuhkan waktu paling lama 40 km untuk tiba di daerah yang acap kali diselenggarakan event internasional itu.

"Tepat waktu sekali dia," cicit Vian ketika mendapati pribadi Jiana yang sudah menunggu di depan rumah dengan koper berukuran 27 inci. Sepasang mata Vian tampak tengah memindai penampilan Jiana yang sederhana, tetapi tidak meninggalkan kesan seksi dan menawan.

Bustier hitam dengan motif flora melekuk apik di pinggang Jiana. Perpaduan jeans panjang serta cardigan berbahan jatuh melengkapi penampilan wanita itu. Senyuman tipis lantas tercetak di bibir Vian kala rambut hitam Jiana tertiup angin, hingga menampilkan wajah mungil dengan riasan sederhana. Cantik.

Sepersekian detik waktu Vian dihabiskan untuk memandang rupa Jiana. Sementara itu Tino bergegas memasukkan koper Jiana ke dalam bagasi.

"Duduk di belakang," ujar Vian saat Jiana membuka pintu samping kemudi.

Jiana tidak bersuara, hanya matanya yang menatap Vian penuh kebingungan. Lalu berpindah ke kursi samping Vian yang masih kosong.

"Duduk di sebelahku." Vian menambahkan.

"Baik, Pak." Tanpa membantah, Jiana langsung pindah ke kursi penumpang. la sedikit gugup sebab sedari tadi Vian tidak berhenti memandanginya.

Berdeham adalah satu-satunya cara yang terlintas di benak Jiana untuk memecah keheningan. Berulang kali ia menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga yang semakin menegaskan kegugupannya. "Kenapa Pak Vian melihat saya seperti itu?"

Tidak langsung menjawab, Vian mengait pinggang Jiana lalu menariknya untuk mendekat. Jantung Jiana langsung berdebar tidak karuan. Terpaan napas hangat Vian di salah satu telinga membuat bulu kuduk Jiana meremang seketika.

"Karena kamu milikku, aku bebas melihatmu sepuasnya," tukas Vian.

Hasrat Jiana berhasil dinyalakan, tetapi sekuat tenaga berusaha untuk menahannya. Lalu ia beringsut sedikit saat Tino masuk ke mobil dan melirik sekilas.

"Pak...." Jiana memberi isyarat ada orang lain di dalam mobil itu.

Vian menyeringai, "Tino anak buah kepercayaanku, jangan khawatirkan dia," tukas Vian seraya menyelipkan helaian rambut Jiana yang menutupi wajah. "Baiklah, kali ini aku akan menahan diri, tapi tidak nanti malam."

Senyuman Vian membuat Jiana menelan saliva berulang. Celaka, senyuman itu mampu membuat jantung Jiana bertalu tidak karuan. Beberapa detik berlalu, tetapi sepertinya waktu Jiana dan Vian terhenti sesaat. Kedua pasang mata itu saling mengamati satu sama lain seolah sedang mencari tahu dalam diam.

***

Jemari Jiana menyibakkan satu per satu kelopak bunga mawar yang baru saja diberikan oleh Vian beserta pesan singkat. Pria itu meminta Jiana untuk segera istirahat sementara dirinya ada kegiatan bersama keenam putra Aditama.

"Kemarin bilangnya nggak bisa romantis," gumam Jiana mengingat kembali perkataan Vian. Sesekali senyum tipis menghiasi wajah. Entah mengapa Jiana merasa berbunga -bunga dengan setiap perlakuan Vian. Semua sikap dan perintah Vian tidak menakutkan bagi Jiana, justru terasa manis.

Penasaran dengan hubungan dominan dan submissive, Jiana melemparkan tubuhnya yang berbalut piyama pororo ke sofa. Kemudian jemari Jiana berselancar di layar. Satu headline tentang alasan seseorang menikmati BDSM.

Jiana menggigit bibir saat merasakan hal yang sama dengan penjabaran artikel tersebut. Baginya BDSM bisa membuat semangat, dan sensasi yang mendebarkan. Selain itu rasa penasaran membuat Jiana menikmati peran sebagai submissive Vian. Pun pria itu mampu membangkitkan gairah Jiana.

Beberapa saat kemudian senyuman lebar Jiana menyurut ketika membaca satu komentar di portal tanya jawab tersebut.

"Pelecehan?" ucap Jiana dengan nada teramat lirih. "Apa Vian pernah mengalaminya?"

TO BE CONTINUED....

Halo ada yang nungguin cerita ini nggak sih?

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang