"Silahkan masuk." Meskipun sekarang tidak begitu menyukai Vian, Kenanga tetap menghormati tamu.
"Terima kasih," ucap Vian seraya melangkah masuk ke dalam ruang tamu berukuran kecil dengan nuansa hangat khas pedesaan.
Gorden warna putih menutupi jendela besar yang tersambung dengan tirai makrame menambah kesan estetik ruangan dominasi warna putih. Ketika duduk di sofa, perhatian Vian tersita pada bingkai foto yang tersusun manis di dinding menghadap kepadanya. Senyuman Jiana kecil merekah tanpa beban, berbanding terbalik dengan rupa nelangsa saat pertama kali mereka bertemu. Dalam rumah kosong yang lembab dan mencekam itu.
"Mau minum sesuatu?" Kenanga menawarkan.
"Tidak usah repot-repot, Bu. Saya hanya mampir sebentar," tukas Vian melepaskan kancing jas agar bisa lebih leluasa untuk duduk.
"Baiklah. Apa yang ingin kamu bicarakan?" Dalam sekejap, sosok Kenanga yang ramah berubah menjadi dingin. Alasan yang belum diketahui oleh Vian.
Wanita paruh baya itu mengeratkan sweater corak bunga untuk membungkus tubuh. Wajahnya tampak lelah, dengan kantung mata tercetak jelas. Vian menduga, Kenanga tidak tidur semalaman.
"Semalam, tidak sengaja saya bertemu Jiana di jalan."
Ekspresi Kenanga yang semula malas mendengar celotehan Vian, berubah berminat. la melihat ke arah Vian sambil meremas ujung sweater rajutnya. Tampak menunggu Vian melanjutkan ucapan.
"Dia nyaris tertabrak mobil," Ianjut Vian.
Kenanga terhenyak, seketika tangannya menangkup di dada. Sirat khawatir serta merta menyelimuti wajah. "La-lalu, apa yang terjadi dengan Jiana?"
"Awalnya saya mau mengantar Jiana pulang, tapi dia tidak mau. Jadi semalam, dia menginap di rumah saya. Asisten rumah tangga saya yang mengurus Jiana," terang Vian yang tidak ingin menciptakan praduga dari Kenanga. Yah, meskipun mereka sudah melakukan hal-hal yang diinginkan.
Helaan napas lega, lolos dari bibir Kenanga. Dadanya terasa ringan, setelah semalaman seperti ada batu yang mengganjal. Meskipun bersama Vian, setidaknya Jiana baik -baik saja.
"Saya sudah meminta Jiana pulang." Vian menjeda ucapannya sebentar. "Tapi sepertinya Jiana mau menginap di rumah sahabatnya," dusta Vian. Well, tidak mungkin Vian mengaku jika Jiana akan menginap di rumahnya.
Kenanga tidak menjawab. Kemudian Vian bangkit dan berniat pergi. la hanya tidak ingin membuat Kenanga khawatir. Mengingat sang ibu yang dulu pernah tidak makan berhari -hari karena menunggu kabar darinya, membuat Vian tidak tega kepada Kenanga. Semarah apapun seorang ibu, pasti akan khawatir jika anak mereka tidak ada kabar.
"Kalau begitu saya permisi," ujar Vian seraya mengayun langkah untuk pergi.
"Tu-tunggu." Panggilan Kenanga menahan langkah Vian.
Pria itu membalikkan tubuhnya, menghadap pada Kenanga.
Bibir Kenanga tiba-tiba mengatup. Susunan kata yang sudah dirangkai sedemikian rupa untuk Vian, mendadak sirna dalam ingatan. la hanya ingin meminta Vian menjauhi Jiana. Namun, bagaimana jika bersama Vian merupakan keinginan Jiana sendiri? Mampukan Kenanga mematahkan hati sang putri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Slowly, Mr. Billionaire
RomanceADULT ROMANCE 21+ ADITAMA SERIES - VIAN BAIDURYA ADITAMA- BANYAK TERDAPAT ADEGAN VULGAR, MOHON BIJAK DALAM MENANGGAPI BACAAN. SESUAIKAN DENGAN UMUR! Jiana Valeria harus mengubur impian pernikahannya setelah melihat Raditya bercinta dengan wanita l...