Chapter 12 - 💋 Sex Toys💋

5K 64 0
                                    

Jiana setengah berlari untuk menemui Vian yang berdiri di samping mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiana setengah berlari untuk menemui Vian yang berdiri di samping mobil. Pria itu tampak sedang menggulung lengan kemeja hitamnya hingga ke siku. Otot lengan yang semalam membuat Jiana kagum, menonjol menunjukkan eksistensinya.

"Pa-Pak Vian ngapain kesini tiba-tiba?" Jiana mengatur napasnya yang terengah. "Kenapa nggak kasih tahu saya dulu?"

"Aku udah telepon tadi," jawab Vian seraya memindai penampilan Jiana dengan piyama pendek motif penguin. Salah satu alis Vian terangkat ke atas ketika melihat sandal bulu Jiana dengan kepala pinguin helm dan kacamata kuning. Lalu senyuman tipis tercetak di bibir Vian. Baru kali ini ia menjadikan wanita kekanak-kanakan sebagai submissive-nya.

Embusan napas kasar lolos dari bibir Jiana. "Maksudnya sebelum sampai sini." Menyadari senyuman Vian, Jiana menarik ujung celana untuk menutupi paha yang terekspos. Namun, sia-sia. "Pak Vian ada perlu apa?"

Tidak langsung menjawab, Vian membuka pintu lalu mengambil dua paper bag dengan warna berbeda. Lantas ia memberikan paper bag warna merah hati kepada Jiana. "Untukmu."

"Apa ini, Pak?" Jiana menerima bingkisan tersebut diliputi rasa penasaran.

"Buka saja," respon Vian.

Penasaran dengan isi di dalam kotak ini, Jiana buru-buru membukanya. Sontak mata Jiana membulat dengan sempurna sambil melempar kotak itu karena terkejut. Benda karet di dalam kotak itu bergetar seperti ikan yang membutuhkan air.

"Aaa!" teriak Jiana seraya melemparkan pandangan kepada Vian. "Maksud Pak Vian apa kasih saya begituan?"

Vian berjongkok untuk mengambil benda karet warna muda dengan panjang cabang yang berbeda itu. la lalu memencet tombol untuk menghentikan getarannya. Sementara itu mata Jiana masih melirik pada benda yang memiliki bentuk hampir sama dengan batang berotot semalam.

"Kamu membutuhkan alat ini." Vian meletakkan benda tersebut ke dalam kotak kemudian diberikan kepada Jiana.

"Ta-tapi itu apa?" tanya Jiana polos.

"Menurut kamu apa?" Pertanyaan Vian berhasil mengubah wajah Jiana menjadi merah tomat.

"I-itu seperti... " Ucapan Jiana tertahan sambil melihat Vian malu-malu. "Sudahlah saya nggak tahu," lanjut Jiana membuang muka.

"Alat untuk wanita yang belum pernah orgasme," terang Vian menjelaskan vibrator jenis rabbit itu. "Pakai itu untuk mengenali dirimu sendiri."

"Kenapa saya harus melakukannya?" tanya Jiana sembari menahan rasa panas yang menyelimuti wajah.

"Kamu tidak membaca surat perjanjian kita?" Vian melipatkan tangan di depan dada. Sementara itu Jiana berusaha mengais memori tentang beberapa poin dalam surat perjanjian tersebut.

"Selain harus menjaga asupan nutrisi, waktu istirahat dan stamina, kamu juga harus bisa menyenangkanku. Salah satunya mengetahui titik rangsangan terbesarmu," lanjut Vian.

Touch Me Slowly, Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang