Chapter 18

1.4K 89 3
                                    

Happy reading ┌⁠(⁠★⁠o⁠☆⁠)⁠┘







Levi duduk di depan batu nisan bertuliskan 'Ken Jaeger'. Putra semata wayangnya yang telah tiada setelah dia dilahirkan. Kejadian memilukan ini sangat memukul perasaan pasangan Jaeger, terutama Levi. Pria raven itu masih setia menatap nisan itu disaat semua orang mulai beranjak pergi. Sang suami rupanya setia menemani sang istri yang sangat berduka sama sepertinya.

Sebagai suami, Eren tidak boleh menunjukkan kesedihan di depan Levi. Hal itu membuat Eren harus memendam kesedihannya sendiri, rasa sesak yang menyesakkan terasa ketika melihat air mata Levi kembali jatuh.

Eren duduk dengan lutut sebagai tumpuannya. Ia mengusap air mata yang membasahi wajah pucat Levi menggunakan ibu jarinya. Setelah itu, ia memeluknya dari belakang dengan lembut. Isakan-isakan tangis masih tak berhenti, semakin sang empu menahan, tangisnya malah semakin menjadi-jadi.

Levi menangis tersedu-sedu, tangannya bergerak menutupi mulutnya sendiri agar tangisnya teredam. Hatinya sangat sakit ketika teringat tangisan Ken, ketika merasakan bagaimana tubuh mungil bergerak di gendongannya, ketika perasaan bahagia membuncah begitu melihat Ken. Namun, semua itu hancur dalam sekejap mata. Levi tak lagi bisa merasakannya.

" Levi ... " panggil Eren serak, tenggorokannya sakit dan lidahnya kelu mendengar tangis sang istri yang memilukan.

" Aku ... Aku hiks ingin Ken kembali. Aku tidak sanggup kehilangannya, Eren hiks mengapa Kami-sama mengambilnya begitu cepat." Levi membalikkan badannya lalu menangis di dada bidang pria brunette.

" Kami-sama pasti memiliki sesuatu yang spesial untuk kita berdua dibalik duka yang kita alami." bisik Eren, mencoba menenangkannya.

" Tapi-Ken ... Aku tidak mau berpisah dengannya."

Eren menggigit bibirnya, tak sanggup melihat wajah Levi. Apalagi saat ini sangat kacau dan penuh duka mendalam.

" Sayang berhentilah menangis. Kau tahu Ken akan sedih jika melihatmu seperti ini." ucap Eren, tangannya menarik tangan Levi lalu menaruhnya di dadanya sendiri.

Levi mengikuti arah pergerakan yang dilakukan Eren. Ia menatapnya dalam diam.

" Jangan merasa seolah-olah kau telah berpisah dengan Ken. Ken masih ada di sini, dia berada di hatimu dan juga di hatiku. Ken selalu ada bersama kita."

Mata Levi terbelalak. Bibirnya terbuka dan gemetar saat menatap tangannya yang menyentuh dadanya sendiri. Perasaan hangat mulai menyerbu tubuhnya, seolah-olah Ken sedang memeluknya dan membenarkan perkataan sang ayah. Manik sapphirenya berkaca-kaca, bergerak tak menentu sebelum berhenti tepat di manik emerald teduh itu.

" K-ken ada bersama kita? " tanya Levi dengan mata berair.

Ia memejamkan matanya saat ibu jari Eren membersihkan wajahnya dari air matanya.

" Benar. Jadi jangan terlalu sedih, mengerti? "

Levi mengangguk patuh. Ia berdiri menghadap ke batu nisan putranya, tangannya membelai lembut, ia membayangkan sedang membelai kepala putranya penuh kasih sayang. Sebuah tangan melingkari pinggangnya membuat Levi menoleh ke samping. Ia melihat Eren juga melakukan hal yang sama sepertinya.

" Kami menyayangimu nak. Beristirahatlah dengan tenang..." ucap Eren.

-

-

-

Setelah memastikan jika Levi telah tertidur, Eren pun segera turun menuju ruang tamu. Ia melepaskan dua kancing kemeja hitamnya kemudian duduk di sofa empuknya. Manik emeraldnya segera tertuju pada ponsel yang berada di atas meja.

Need You Badly [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang