...
Notes :
Supaya ga bingung, pastikan kalian sudah membaca cerita utama, baru kesini yaaa 🤍
...
Yoo-Jung menyodorkan sebuah plastik berisikan amplop, sehelai rambut, dan sepotong kuku pada Nyonya Shim dengan kedua tangannya. Pasang matanya menatap sedih dan cemas pada wanita paruh baya itu. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menahan diri saat akan menyerahkan surat itu pada Ibu Young-Soo. Surat Wasiat Young-Soo. Surat yang mereka tulis sebelum operasi yang mereka laksanakan. Surat yang dia harap tidak akan pernah dia serahkan.
"Maafkan saya, Eommoni." ucap Yoo-Jung.
Dengan tangan bergetar, Nyonya Shim menerima surat itu.
"Kami semua menuliskan wasiat jika terjadi apa-apa pada kami. Itu adalah milik Young-Soo." terang Yoo-Jung.
"Sekali lagi, maafkan saya karena memberikan ini." Yoo-Jung membungkuk, meminta maaf.
Nyonya Shim maju selangkah. Ia memeluk Yoo-Jung. "Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Ini juga bukan salah teman-temanmu. Jangan minta maaf." bisik Nyonya Shim lembut. Yoo-Jung mengatur napasnya. Hatinya sakit mendengarnya.
Nyonya Shim kemudian melepaskan pelukannya. Mengusap lembut kepala dan wajah gadis itu. Mata Yoo-Jung berkaca-kaca.
"Maafkan kami, eommoni.." gumam Yoo-Jung lagi. Wanita paruh baya itu menggeleng. Ia kemudian menggenggam tangan Yoo-Jung,
"Nak Yoo-Jung. Terimakasih sudah menjadi teman Young-Soo. Terimakasih sudah mengantarkan ini kepadaku." ucapnya.
Ia mengusap wajah Yoo-Jung lembut sekali lagi. "Ibu pergi dulu ya." ucapnya. Yoo-Jung bermaksud mengantar, namun wanita muda itu memberikan gesture agar Yoo-Jung tetap disitu,
"Tidak apa. Jangan cemas. Tetaplah disitu."
...
Nyonya Shim langsung mengecek kedua adik Young-Soo ketika ia sampai pada flatnya. Mereka hanya tinggal bertiga setelah Nenek Ae-Seol pindah tinggal bersama Na-Ra dan keluarganya. Ia menyelimuti kedua anaknya itu. Memastikan keduanya sudah tidur dengan lelap.
Wanita itu mulai membuka surat yang diberikan gadis bernama Kim Yoo-Jung padanya. Gadis yang memperkenalkan diri sebagai teman Young-Soo dan ketua kelas dimana anaknya berada. Ia menarik napasnya, dan menghela napasnya panjang.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia menarik secarik kertas keluar dari sana. Perlahan ia membuka lipatan kertas itu.
https://www.youtube.com/watch?v=uNHei0beC4Y
"Dear Keluargaku,
Halo ayah, ibu, Young-Joo, Young-San. Ini Young-Soo. Maaf karena menyapa menggunakan surat ini dan tidak pulang.
Ayah, Ibu, maaf karena aku tidak menyelesaikan ini dengan baik. Aku sangat ingin berkuliah, tentu menambah poin CSAT adalah hal yang sangat baik. Namun, pada akhirnya aku gagal melakukannya. Maafkan aku. Ayah, ibu, maafkan aku dan keegoisanku. Aku hanya ingin berkuliah dengan cepat, lulus dengan cepat dan bekerja di tempat yang baik. Sehingga aku bisa cepat membantu kalian. Membantu pendidikan Young-Joo dan Young-San.
Jangan salahkan diri Ayah dan Ibu. Ini adalah keputusanku. Ini adalah keinginanku. Jadi kuharap Ayah dan Ibu tidak menyalahkan diri sendiri. Aku tidak tahan dengan kesulitan yang kita hadapi. Aku tidak suka mendengar lenguhan kesulitan ayah dan ibu setiap hari, jadi aku memakai earphoneku, maafkan aku. Aku sedih melihat kalian bekerja dari fajar hingga tengah malam. Kalian seringkali pulang tanpa bicara dengan kami, begitu juga dengan berangkat. Kadang, itu membuatku marah. Kita bahkan tidak pernah makan malam bersama lagi bukan?
Ayah, Ibu, ada masa dimana aku menyesal. Kehidupan militer ternyata cukup sulit. Tapi, membayangkan kesulitan yang telah kita hadapi, dan kegagalan yang akan kuhadapi jika tidak berkuliah, membuatku lebih takut.
Ayah, Ibu. Aku sangat merindukan kalian. Aku ingin makan malam dan bicara bersama seperti keluarga lainnya. Tolong lakukanlah, bahkan jika aku tidak bisa melakukannya.
Ayah, tolong jagalah Ibu, Young-Joo dan Young-San. Maaf karena aku tidak bisa menggantikanmu. Aku harap ayah bisa sedikit beristirahat.
Ibu, aku harap ibu tidak terlalu banyak menangis. Ibu, tolong terus temani ayah. Aku harap ibu tidak lagi kesulitan dan kelelahan. Maaf karena aku sering tidak mendengarkanmu.
Young-Joo, jangan menangis. Maafkan Oppa. Karena tidak bisa merayakan kelulusanmu di sekolah, walaupun sudah berjanji. Tumbuh dan mendewasalah menjadi gadis yang tetap kuat, Young-Joo. Tolong jaga Ayah, Ibu, dan Young-San, juga dirimu sendiri.
Young-San, maafkan Hyung. Karena tidak bisa menemanimu bermain. Jangan sering menangis lagi. Tumbuhlah menjadi lelaki yang tangguh, Young-San. Lindungilah Ayah, Ibu dan Noona.
Ayah, Ibu, Young-Joo, Young-San. Aku menyayangi kalian. Sangat. Aku akan menunggu kalian disini. Selamat bertemu lagi."
...
Nyonya Shim, menutup mulutnya. Membungkam isakannya agar tidak terdengar dan membangunkan kedua anaknya. Tangannya memeluk kertas itu dengan erat. Erat seakan-akan dia memeluk Young-Soo.
"Young-Soo.." bisiknya pelan.
...
"Saat kau mencariku, aku akan berada disisimu.
Aku akan berbaring dan menutup tiraiku
Karena aku tak bisa melupakanmu
Karena sudah ku bilang, aku hanya mencintaimu
Sayangku..
Aku akan menunggumu..
Saat surat dari airmataku ini mencapai langit
Maka suatu saat nanti, kau akan kembali padakuAku akan mempercayainya,
Aku mengumpulkan air mata ini"
With my tears - Whee In
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School : The Side Story of Us
FanfictionHalo semuanya. Ini adalah kisah-kisah lain dari para karakter Duty After School. Setiap cerita, mungkin akan punya fokus yang berbeda. Entah pada karakter pribadi, karakter berpasangan, karakter dengan jenis hubungan khusus, atau cerita-cerita lainn...