bab 10

9.3K 784 15
                                    

Sebuah kamar dengan Dinding berwarna biru muda dengan mural ombak bergelombang di satu sisi, seorang remaja duduk di meja belajar cyan nya, tampak bersemangat membuka paket yang tertutupi plastik bubble hitam.

Dengan ekspresi senang, Leon mengambil gunting untuk membuka kardus kecil itu.

Kardus itu hanya dibungkus plastik bubble dalam beberapa lapisan tipis. Di dalamnya terdapat kantong kresek yang mungkin berisi beberapa hal yang dia inginkan.

"49 juta!. Bocah sialan." Leon menggeram kesal sambil menggenggam kantung plastik murahan itu. Sepertinya informan itu sama sekali tak berniat mengeluarkan sedikit uang untuk mengantar hal berharga ini dengan lebih layak.

Menahan rasa kesalnya, Leon mengeluarkan isi kantung plastik tersebut.

"Permen, flashdisk, dan... Sebuah foto?" Leon menaikkan sebelah alisnya.

"Untuk apa ada permen di sini?"

Yang dia dapatkan dari informan itu adalah sebuah flashdisk dan lima buah foto. Foto pertama menampilkan sebuah pabrik permen, dengan alamat yang tertera di belakangnya.

"Jalan Woled... pinggiran kota?."

Foto kedua adalah gambar bagian dalam pabrik, diambil dari tempat tersembunyi. Pabrik itu tampak mencurigakan karena tidak menunjukkan aktivitas pembuatan permen seperti biasanya. Selain itu, Leon tak menemukan sesuatu yang mencolok kecuali tumpukan karung di sudut ruangan.

Foto ketiga...

"Itu aku? Tapi kenapa aku membagikan permen pada anak-anak?" ucapnya, mengamati foto itu dengan saksama. Terlihat jelas warna bungkus permen yang didominasi hijau dengan gambar pelangi di tengahnya, sama seperti papan tanda di pabrik tersebut.

Foto keempat menampilkan sekelompok remaja di sebuah ruangan mewah. Mereka terlihat aneh dengan kue-kue berserakan di lantai dan meja. Yang lebih mencurigakan, Eder juga ada di sana.

Foto terakhir memperlihatkan kontener kontener di dermaga di angkut ke atas kapal.

"Great Fun?" Leon membaca merek permen bubuk tersebut.' Great Fun' atau 'Kesenangan yang enak'.

Barang terakhir yang diberikan bocah penguras uangnya adalah satu bungkus permen bubuk yang ada di sebagian besar foto.

Leon mengambil permen berbungkus hijau itu, membukanya dengan gunting, lalu mencium aromanya.

"Baunya manis. Haruskah aku mencobanya biar tahu?." Isi bungkusan terasa sedikit kasar, terlihat seperti permen bubuk biasa dengan warna biru dominan dan sedikit variasi warna lainnya, seperti merah muda atau kuning.

"Ah, tidak, tidak. Bisa saja ini berbahaya... Bisa saja ini narkoba." Leon menatap foto-foto mencurigakan itu. Tanpa pikir panjang, dia mengambil flashdisk hitam dan memasangnya di laptop Apple-nya.

Setelah beberapa saat membaca data di dalamnya, kening Leon berkerut. Informasi yang ini membuatnya terkejut hingga hampir jatuh dari kursinya.

"Ini benar-benar narkoba!" Karena panik, Leon langsung membuang benda itu jauh-jauh. Oh, ayolah, walaupun dia dulu hidup keras, dia tak pernah menyentuh atau berpapasan langsung dengan barang haram ini. Paling hanya melihat orang-orang dewasa yang kecanduan.

"Benda sialan seperti ini diedarkan kepada anak-anak di bawah umur." Leon menatap foto ketiga, di mana dirinya terlihat jelas sedang membagikan narkoba pada anak-anak sekolah dasar.

"Mereka ternyata lebih parah dari yang kuduga." Leon yakin, ketiga pemganggu itulah yang memaksa 'Leon' memberikan 'permen' nya ke beberapa anak sekolah dasar.

New Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang