Leon berjalan menuruni tangga, menggerakkan semua otot dan sendi nya yang telah diam dalam waktu lama, mungkin karena itu kakinya terasa sedikit kaku.Dengan masih mengenakan piyama berbulu lengkap dengan tudung, tatapan malasnya berhenti pada seorang pelayan yang tengah bekerja.
Diapun memanggil pelayan itu.
Pelayan itu langsung berbalik, menatap sosok mungil berbulu yang berdiri tak jauh darinya.
"Aaaaa, Tuan Muda sangat lucu!" teriaknya dalam hati.
Para pelayan disini mungkin telah menjadi fangirl Leon, bagaimana pun para wanita suka sesuatu yang lucu dan manis.Dengan langkah cepat, pelayan itu mendekat, menahan rasa gemas. Kalau saja dia tidak mengingat bahwa anak menggemaskan di depannya adalah anak bosnya, mungkin dia sudah menculiknya dan mencubit pipinya habis-habisan.
"Iya, Tuan Muda?" tanyanya penuh antusias.
"Kalau paketku datang, langsung antarkan ke kamarku. Jangan sampai ada yang menyentuhnya, paham?" kata Leon dengan nada datar.
Pelayan itu mengangguk cepat. Setelah mendapat jawaban, Leon kembali melangkah menuju dapur.
Dapur kosong. Koki dan pelayan sedang istirahat, memberikan Leon kesempatan untuk memasak sesuatu untuk dirinya sendiri.
"Aku ingin bakpao." Bakpao yang kulitnya tipis dengan isian melimpah, saat digigit, akan mengeluarkan cairan kaldu di dalamnya. Lebih nikmat lagi jika dinikmati dengan acar rebung pedas yang renyah, atau bawang putih segar, atau saus cabai pedas. Kombinasi ini benar-benar bisa membuat selera makan meningkat pesat.
Memikirkan itu Leon menjilat bibirnya tanpa sadar.
Tangan kecilnya menggenggam daun bawang. Daun bawang yang sedikit pedas dan aromatik sangat cocok dipadukan dengan daging sapi, menghilangkan rasa eneg sekaligus menambah aroma yang nikmat.
.
.
.
Leon bertumpu di bangku kecil, tangan putih dan lembut itu sibuk menggulung adonan menjadi lembaran kulit bakpao. Kulit bakpao harus elastis dan tipis, tetapi cukup kuat untuk menahan kaldu di dalamnya agar tidak bocor. Dengan pengalamannya sebelumnya mengajarinya teknik melipat bakpao dengan lipatan yang rapi dan terstruktur. Jenis bakpao seperti ini, memiliki standar yang lebih tinggi untuk kualitas kulitnya.
Daging sapi yang digunakan segar dan lembut, sedangkan daun bawang besar memiliki aroma yang autentik. Saat memotongnya tadi, aroma pedasnya bahkan membuat matanya sedikit perih. Ia juga sempat mencicipinya untuk memastikan rasa yang segar.
Setelah menggulung sekitar sepuluh lembar kulit bakpao, Leon mulai membentuk nya. Dengan gerakan trampil, dia membuat bakpao yang bulat, putih, dan montok, dengan isian yang melimpah.
Bakpao yang sudah di bentuk, disusun rapih dalam kukusan.
"Apakah aku terlalu berlebihan? Lagi pula hanya aku yang akan memakannya." Gumamnya, mengingat dia membuat tiga puluh butir bakpao. Dia tak sadar saat melakukan nya, bagaimana pun dia terbiasa membuat banyak hal dalam satu waktu.
"Aku akan memberikan beberapa untuk Vin setelah latihannya selesai," pikirnya.
Latihan Vin dimulai hari ini. Anak itu begitu bersemangat seolah akan pergi rekreasi, bukan untuk berlatih seni berkelahi.
Ketika ia membuka tutup kukusan, uap panas langsung menguar ke udara. Setelah uap mereda, ia melihat bakpao yang putih bersih dan lembut. Saat ditekan, lekukan kecil di permukaannya langsung kembali ke bentuk semula.

KAMU SEDANG MEMBACA
New Soul
Fantasy(Saya merevisi banyak hal, banyak, sungguh. Dan jika berkenan kalian bisa membaca ulang.) ®®®® Anak yatim pintu yang harus berguling guling di lumpur hanya untuk hidup keesokan harinya. Dan dengan usaha dan kerja keras tiada henti, dia berada di pun...