"Kau mengecewakan ayahmu lagi."
Pria itu memiliki mata merah dengan kontur wajah yang tegas, walau usianya sudah menginjak angka 39, para gadis tetap mengira dia masih dua puluhan pada pandangan pertama. Wajahnya adalah duplikat Eder versi lebih matang.
Elvio Ariesta, seorang pengusaha sukses yang kejayaannya mengguncang dunia. Wajah tampan, tubuh jangkung, kekayaan melimpah, serta pengaruh luas. Kehidupan yang nyaris sempurna, kecuali dua hal yang tidak bisa dimilikinya: cinta Sabela dan sepasang kaki yang sempurna.
Elvio lahir dengan kecacatan yang tak akan pernah hilang dengan semua uang yang dia miliki, tapi dengan keterbatasan itupun masih banyak wanita muda yang berebut menjadi wanitanya.
Sabela. Wanita lembut sekaligus tangguh yang membuatnya tergila-gila. Namun, cinta tak bisa dibeli. Sabela menolaknya mentah-mentah demi seorang pria biasa bernama Robert.
"Kau putraku!, tapi kau tak bisa melakukan hal sesepele ini!. Kau ingin bodoh seperti kakak kakakmu!."
Nada Elvio tetap datar, tapi aura dinginnya menekan seisi ruangan. Para pelayan dan bodyguard nyaris tidak berani bernapas.Namun, Eder tetap berdiri tegak, tanpa reaksi. Lima belas tahun hidup di bawah bayangan ayahnya, ia sudah cukup terbiasa.
"Maaf, Ayah. Ini di luar prediksiku," ucapnya datar.
Elvio menatapnya dengan mata setenang lautan, lautan yang bisa menenggelamkan siapa pun.
"Pergi Dan terima hukumanmu."
Salah satu bodyguard maju. "Mari, Tuan Muda."
Eder tidak berkata apa-apa. Ia berbalik dan berjalan mengikuti bodyguard.
Di perjalanan menuju tempatnya, ia berpapasan dengan kakak tirinya, Ravel.
"Lihat siapa di sini… si anak haram, kotor dan menjijikan."
Ravel menghadang jalannya, menatapnya dengan jijik seolah dia kotoran yang menempel di ujung bajunya.
"Kenapa kau masih di rumah ini?, tak menyusul ibumu saja?."
Eder hanya meliriknya dingin, lalu mengalihkan pandangan.
"Sombong sekali," dengus Ravel.
"Tuan Muda Eder harus segera menerima hukuman, mohon beri jalan," ujar bodyguard itu dengan sopan.
Ravel semakin merendahkan tatapannya. " Aku tidak heran. Kau memang tak berguna… bodoh!"
Ia tertawa keras sebelum berjalan pergi.
Bodyguard itu mendengus. "Saya tidak pernah melihat orang se angkuh Tuan Muda Ravel." Dia terdengar sangat berani menghina Ravel didepan anggota keluarga Ravel. Tapi siapa di mansion ini yang tidak tau, hubungan mereka sejak awal adalah musuh atau orang asing, tak ada ikatan keluarga yang nyata didalamnya.
"Jalan," ujar Eder dingin.
Mereka memasuki ruangan di bagian belakang mansion.
Lima menit kemudian, suara cambuk menghantam daging terdengar keras dari dalam sana.
Di dalam, Eder menerima hukuman tanpa suara, tanpa ekspresi, hanya menghitung dalam hati.
Ini adalah salah satu yang membuat nya terbiasa, seperti meminum air dan menelannya ke perut dengan lancar.
"Maafkan saya, Saya hanya menjalankan perintah."
Bodyguard itu mengatakan hal yang sama setiap kali, dengan dingin, dan datar.
Eder tetap diam. Duduk tegap meski tubuhnya dipenuhi luka, darah mengalir dari kulitnya yang robek, bahkan mungkin tulangnya retak.
Tapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal.

KAMU SEDANG MEMBACA
New Soul
Fantasy(Saya merevisi banyak hal, banyak, sungguh. Dan jika berkenan kalian bisa membaca ulang.) ®®®® Anak yatim pintu yang harus berguling guling di lumpur hanya untuk hidup keesokan harinya. Dan dengan usaha dan kerja keras tiada henti, dia berada di pun...