BAB 23

2.4K 247 7
                                    

Leon menatap dirinya di cermin .

Terpampang sudah wajah menggemaskan seperti bayi cantik dengan kulit putih dan rapuh , di bungkus oleh Hoodie dengan tudung lucu juga celana pendek sebatas lutut .

Jujur saja sampai detik ini ,Mara aka Leon belum sepenuhnya menerima bahwa dirinya menjadi anak SMP 14 tahun yang lemah dan rapuh .

" Tcih,lihat bocah lemah di sana . Akan lebih bagus jika dia adalah perempuan, tapi laki laki . apakah pantas ?." Menunjuk nunjuk cermin dengan kesal karena mengetahui bahwa sekarang bocah itu adalah dia.

" Sangat berbeda dengan diriku ,aku dulu sangat hebat dan jago bela diri, walaupun tinggal sendiri dengan para bajingan yang suka merampas makanan ..... ." Leon terhenti sesaat .

Negara mana ?

Daerah kumuh mana?

Kota mana ?

Dimana dia dilahirkan?

Leon memegang kepalanya saat kepalanya terasa begitu sakit.sampai seakan dia ingin membenturkan kepalanya di dinding sekeras mungkin agar rasa sakitnya menghilang.

" Aku.... Siapa ?." Leon Tiba tiba menatap cermin dengan tatapan kosong .

Setelah diam beberapa saat , nyeri di kepalanya perlahan menghilang.

Untuk sesaat dia melupakan identitas nya .

" Ah bodoh sekali,aku kan Mara sang juru masak terkenal . Kenapa aku tiba tiba pikun begini ." Leon menggelengkan kepalanya,tidak mungkin dia melupakan identitas nya yang asli hanya karna beberapa bulan berada di tubuh bocah bernama Leon .

"kenapa aku tiba tiba melupakan kan nya ya ?." Gumamnya sambil meraih kenop pintu .

Leon berjalan santai dengan kedua tangan di saku Hoodie nya dan tudung Hoodie yang menutupi sebagian kepalanya . Penampilan nya terlalu tidak sinkron dengan wajah nya Yang datar tanpa ekspresi.

Pelayan pelayan yang lewat pun seolah di buat terhipnotis dan tak bisa menghentikan lidah mereka untuk bergosip.

" Bunuh aku !,kenapa aku memiliki fantasi gila untuk anak di bawah umur!.oh ya tuhan tuan muda sangat menggemaskan!."

" Kalau sampai tuan rumah tau kamu bisa di bunuh beneran tau ."

" Tapi yang dia katakan benar ,bukan kah wajah tuan muda terlalu tidak manusiawi?."

" Yah itulah letak ketidak adilan tuhan."

Leon cukup senang dengan pendapat orang lain tentang wajahnya karna itu memang benar .

" Hahahaha wajah memang yang terbaik ." Leon tak pernah merasa sebahagia ini tentang wajahnya .

Setelah sampai di meja makan rasa bahagia Leon meleleh seketika , melihat wajah wajah yang entah kenapa selalu membuat mood nya buruk.

Mereka bahkan sudah makan tanpa menunggu dirinya. Sangat menyebalkan,tapi.... Ah sudahlah

Tanpa basa basi Leon duduk di kursi yang terletak agak jauh dari tempat sekelompok orang itu duduk.

" Leon kenapa jauh sekali? ,Ayo duduk di samping indri ." Ucap indria sambil menepuk kursi di samping nya .

Leon hanya menatapnya dengan tatapan datar ,lalu Menyuapkan nasi ke mulut nya tanpa menghiraukan Indria .

Ian mengerutkan alisnya ,dia selalu tak suka jika Leon mengabaikan mereka . Apa lagi melihat guratan sedih di wajah sang teratai putih.

" Kamu duduk terlalu jauh , duduk di samping indri ." Perintah si sulung dengan tegas ,tak mau di bantah.

New Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang