12th Key : Minta Maaf

616 29 0
                                    

Vote sebelum baca, ya?!

Jangan lupa komentar di setiap paragraf juga, ya? Biar rame ^^

~~~~

"Kalo boleh serakah, gue pengen hubungan ini lebih dari teman."

Keysa Geotama, 2023.

****

"Kalau gitu, Papa berangkat ke rumah sakit, ya? Nanti jangan lupa kunci pintu!"

Tama meraih tas kerjanya, lalu keluar dari dapur dengan terburu-buru. Keysa yang menyadari sesuatu pun tertawa kecil. Dia menghampiri ayahnya yang hampir sampai pintu depan.

"Pa! Celemeknya!" tegur Keysa setengah berteriak. Ayahnya langsung menepuk jidat dan berbalik menghampirinya. Dengan cekatan, dia melepas ikatan di pinggang Tama. Dirinya tidak bisa menahan tawanya atas keteledoran sang ayah.

"Untungnya, ada kamu yang ngingetin. Kalau enggak, bakal diketawain sama orang-orang di rumah sakit. Dokter kok kerjanya bawa celemek!" celetuk Tama seraya tertawa.

"Papa gak berniat mencari teman hidup? Biar ada yang ngingetin pas Keysa gak ada," cibir Keysa seraya terkekeh geli. Dia memperlambat gerakan saat melepas ikatan di bagian leher.

Ayahnya terdiam.

"Emangnya Papa gak bosen sendirian terus? Jangan jadikan Keysa sebagai alasan Papa gak mau menjalani kehidupan sendiri," lanjut Keysa.

Keysa berkata demikian bukan tanpa alasan. Ini sudah lebih dari sepuluh tahun dia menjadi anak angkat Dokter Geotama. Pria itu memang masih terbilang muda, bahkan usia mereka hanya terpaut 15 tahun.

"Aku juga gak selamanya tinggal bareng Papa, kan?" tanya Keysa, memperjelas pernyataannya sebelumnya.

"Papa udah bahagia hidup berdua sama kamu. Keysa boleh tinggal di sini selamanya," jawab Tama dengan nada ragu.

"Pa, wajah gak bisa bohong," ungkap Keysa. Dia telah membuka semua ikatan celemek. "Papa lelah sendirian, kan? Seperti yang sering Papa bilang ke aku, obat capek gak selalu istirahat ataupun tidur."

"Bisa jadi, obat capeknya Papa itu kehadiran orang baru."

Keysa menutup kalimat panjangnya dengan mengambil celemek yang tadi dikenakan sang ayah. Tama membalik tubuhnya, lalu menatap putri kesayangannya dengan sendu. Pria itu mengusap puncak kepala putrinya lebih lembut dari sebelumnya.

"Key, sejak kapan kamu menjadi sedewasa ini? Papa akan mempertimbangkan perkataan kamu," kata Tama yang dibalas senyuman oleh Keysa.

***

"Key, kamu bawa apa? Bekal? Tumben?" cecar Ega, menunjuk benda di bawah bangku Keysa.

"Barang temen yang mau gue balikin."

"Temen? Kamu punya temen selain aku di sekolah ini?"

"Lo ngeremehin gue?" Keysa menirukan gaya bicara Geng Berlian yang sering melontarkan pertanyaan tersebut.

Ega mengulum bibir dan menahan tawanya. "Kamu bisa bercanda juga ternyata."

"Gue juga manusia, kali!"

Jaket motor yang telah dilipat rapi, dimasukkan ke paper bag. Keysa ingat harus mengembalikan jaket tersebut kepada Leon hari ini. Dua hari kemarin, situasi kacau karena dirinya terus berhadapan dengan geng perundung. Dia pun menarik napas dalam untuk bersiap dengan apa yang akan terjadi nanti.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang