49th Key : Dendam Terpendam

618 20 1
                                    

PERINGATAN! 15+⚠

Part ini mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan. Pembaca harap bijak, ya.

Follow & vote sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow & vote sebelum baca

👉👉 sayapmonokrom

Ramaikan komentar ya, aku pantau kalian silent reader ^^

****

Keysa menghela napas kasar. Dia tidak pernah mengira bahwa kekecewaannya akan datang sekaligus hari ini. Sakitnya, justru berasal dari dua laki-laki yang dipercayainya.

Sesak di dada mengalahkan luka menganga di pinggangnya. "Gue kira lo beda, Leon! Anj*ng, lo! Br*ngsek!" Keysa bangkit, lalu meninju pipi Leon dengan sisa tenaganya. Air matanya meluruh membasahi pipi.

Kenapa? Kenapa semua mengkhianatinya setelah diberi kepercayaan yang besar? Pertanyaan itu terus terngiang seiring isak tangis dan sakit di hatinya.

"Setelah lo denger semuanya, lo masih mau ngorbanin nyawa lo?" tanya Liam menyembunyikan tangannya yang memegang pistol di balik punggung.

Liam tersenyum penuh kemenangan. "Keysa, gimana kalo kita bikin kesepakatan?"

Keysa mengangkat kepala, lalu melihat sekelilingnya. Setelah itu, pandangannya tertuju pada pintu yang dibuka. Salah satu anak buah yang menghalangi, langsung membuka jalan.

"Gimana? Lo mau kabur sendirian? Atau mati bareng orang yang udah mengkhianati lo?" tanya Liam seraya menyeringai.

Keysa menghela napas lelah. Dengan langkah tertatih sambil memegang pinggang yang berlumur darah, dia berjalan menuju pintu. Ketika gadis itu menoleh, Leon hanya mengangguk pelan sambil menggerakkan bibir.

Jangan peduliin gue, Key. Lo harus selamat. Gue tebus kesalahan gue karena udah bikin lo ada di situasi ini.

Setelah membaca gerakan bibir Leon, Keysa kembali berjalan ke luar pintu. Liam pun tersenyum senang, lalu mengangkat pistolnya ke punggung Keysa. "The end," gumamnya.

Tanpa disangka, Keysa berbalik badan dan memukul wajah anak buah Liam hingga mundur beberapa langkah, lalu merebut kembali ponselnya. "Leon! Cepet telepon polisi!" teriak Keysa sembari melempar ponselnya.

Leon menangkap dengan sigap dan segera menekan panggilan darurat 110. Tangannya gemetar, menggenggam ponsel Keysa yang telah retak.

Detik berikutnya, jari Leon terhenti saat melihat anak buah Liam di belakang Keysa, mengacungkan pisau. "Key, awas!"

Dengan sedikit terhuyung, Leon menarik Keysa ke sisinya. Keysa membeku melihat ujung pisau. Sedangkan, Liam tersenyum miring sembari menarik pelatuk pistol di genggamannya.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang