39th Key : Flawless

389 16 1
                                    

Vote sebelum membaca

Follow akun ini sayapmonokrom
supaya dapat notifikasi dari aku

Komentar biar rame

****

Laki-laki berjaket motor itu melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Sejak Keysa tiba di rumah sakit ini, Leon belum pernah menjenguk sama sekali. Urusan di luar membuatnya harus membereskan banyak hal, terutama Beno dan Liam yang menyerang markas geng motornya.

Leon memakai tudung jaketnya seraya menunduk. Tidak ingin menunjukkan wajah lebam bekas pukulan. Dia langsung melangkah ke tempat Keysa dirawat usai bertemu Dokter Geotama di ruangannya.

"Unit Kesehatan Jiwa? Kenapa Keysa ada di sana? Bukankah dia ke sini karena jantungnya sakit, Om?"

"Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata tidak ditemukan masalah pada jantungnya. Dokter jantung yang memeriksanya berkata bahwa yang dialami Keysa kadang terjadi pada pasien yang memiliki Enxiety Disorder." 

Setelah masuk ke Unit Kesehatan Jiwa, Leon menunggu di ruangan khusus karena ketentuan di rumah sakit. Pasien yang dirawat di unit itu tidak boleh sembarangan dikunjungi.

Namun, ketika sedang menunggu, sekilas Leon melihat siluet baru saja melewati depan pintu ruangan tersebut. Leon segera berdiri dan ke luar mengejar orang yang tampak terburu-buru itu. Itu adalah seseorang dengan masker hitam serta topi.

Dari cara berjalannya, Leon sangat mengenali sosok itu. Dia terus mengikuti hingga jarak mereka semakin dekat. Sayangnya, lelaki berjaket itu tidak fokus dengan sekitar hingga menabrak seorang suster yang membawa berkas pasien.

Leon terus meminta maaf sembari membantu membereskan berkas yang berceceran. Kemudian, dia kembali berlari sampai depan rumah sakit. Napasnya terengah-engah dengan memutar tubuhnya kesana kemari untuk mencari keberadaan orang yang sepertinya--

"--lo nyariin gue?"

Leon menoleh ke sebelah kanannya, sumber suara. Di sana, dia melihat sosok yang dikejarnya. Mata perempuan itu sangat dikenalinya, tajam & penuh makna.

"Cewek masker, kenapa lo di sini? Lo masih perlu diraw--"

"Gue bosen!" potong Keysa di balik masker.

Leon menghela napas kasar. "Gak gini juga caranya, Key. Lo harus sembuh dulu, baru boleh kelu--"

Keysa menghela napas kasar, lalu berdecak sebal. "Lo kayak bokap gue. Gue gak selemah itu buat dirawat."

"Lo liat sendiri, kan? Gue bisa berdiri tegak di depan lo," lanjut Keysa sambil memasukkan tangan ke saku jaketnya.

"Masalahnya bukan di fisik lo, Key," ungkap Leon dengan raut cemas.

"Iya, gue tau. Lo mau bilang gue gila? Jadi, lo mau gue tetep dirawat karena udah gak waras," kata Keysa dengan tatapan sendu.

Leon terdiam sejenak. Menatap mata Keysa yang penuh arti itu. Meskipun, dia tidak mengerti apa yang ingin disampaikan gadis itu hingga membuatnya harus kabur dari tempat perawatan.

Leon hendak membuka mulutnya untuk berbicara, tapi tiba-tiba Keysa menariknya berlari menjauhi rumah sakit itu. Sampai mereka akhirnya berhasil ke luar gerbang. Lelaki itu menoleh ke belakang dan mendapati beberapa perawat ke luar dan sepertinya sedang mencari pasien yang kabur.

Melihat Keysa yang sudah terengah-engah, kini Leon yang menarik gadis itu bersembunyi di balik pohon. Mereka pun mengatur napas sambil sesekali mengintip ke dalam gerbang.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang