42nd Key : Peran Antagonis

382 15 4
                                    

Vote sebelum baca

Follow sayapmonokrom untuk dapatkan info updatenya.


****

Warm Smile (Gaga) :

Gue pikir, lo bakal kaget tadi.

Keysa :

Kaget?

Lo salah pilih hal itu...
buat ngagetin gue, Ga.


Keysa :

Gue justru dari dulu...
pengen banget tanding di ring.

Warm Smile (Gaga) :

Serius? Baguslah kalo gitu.
See you on arena, Key!
Good luck.

Warm Smile (Gaga) :

Selamat malam!
Semoga tidur nyenyak.

Keysa duduk di kursi pada ruang kerja sang ayah. Senyumnya tidak lepas selama beberapa menit. Tama mematikan komputernya, lalu duduk di sebelah putrinya.

"Gimana perkembangan hubungan kamu sama Ganendra?" tanya Tama. Setelah mendengar penjelasan Dokter Erlangga, dirinya menjadi mengerti lebih jauh tentang kesehatan mental putrinya.

"Baik, sangat baik," jawab Keysa.

"Ganendra ngajak kamu ke mana sampai pulang malam?"

Keysa menatap wajah Papanya dengan senyum paksa. "Papa, mulai, deh!"

"Papa cuma penasaran," kata Tama sambil tersenyum lebar.

"Enggak kemana-mana, cuma jalan-jalan aja ke pasar malam," jawabnya, berbohong. Keysa tidak mungkin memberitahukan tentang tempat pertarungan tinju itu.

Maaf, Pa. Kalau Key kasih tahu, pasti Papa langsung larang tanpa penjelasan, batinnya.

"Kamu gak foto-foto? Papa mau lihat, dong!" pinta Tama seraya merapatkan tubuhnya.

Keysa langsung menjauhkan ponselnya. "Papa kepo banget, deh! Jalan-jalan gak harus foto kali, Pa."

Tama hanya tertawa singkat. "Ya udah, deh. Papa percaya sama kamu, tapi kamunya bener-bener harus jaga diri, ya?"

"Aman, Pa!" jawab Keysa sambil mengacungkan jempol. Tama pun mengusap puncak kepala putrinya dengan gemas.

***

Ruangan gelap menemani Keysa yang hanya disinari lampu emergency. Gadis itu mengenakan kaus tanpa lengan, serta celana ketat. Lengannya mulai terasa kencang setelah seharian berlatih di ruang boxing.

Bugh! Bugh! Bugh!

Pukulan bertubi-tubi dilayangkan pada samsak di depannya. Setelah itu, dia tersenyum senang seraya duduk meraih sebotol air. Mengingat pertandingan yang akan dilakukan besok, Keysa kembali mengingat bagaimana bibirnya bersentuhan dengan bibir Ganendra.

"Itu artinya, perasaan Ganendra makin besar, kan?" tanya Keysa sambil memegang bibir. Tak lama, pipinya memanas karena malu membayangkan kejadian kemarin malam.

Itu tak berlangsung lama. Ponsel Keysa di sebelah botol, berbunyi nyaring, menunjukkan nama yang tertera dari penelepon. Itu teman baiknya. Ralat, itu teman yang mengkhianatinya.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang