43rd Key : Memilih atau Kalah

396 17 4
                                    

Vote sebelum membaca

Masukkan buku ini ke daftar offline, supaya bisa marathon

Selamat membaca!

****

Suara riuh di luar karena Ganendra sudah naik ke ring. Sedangkan, Keysa masih di ruang ganti, melihat nama yang tertera pada layar ponsel. Dari sekian banyak waktu, kenapa baru sekarang? Pertarungan yang sudah dinantikan.

Haruskah dia egois?

Keysa belum memakai sarung tinju sebelah kanan. Perlahan, dia mengulurkan tangan. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengetuk pintu.

"Key! Gimana? Udah siap?" tanya Baron di depan pintu yang tertutup.

"Iya! Bentar lagi!" jawab Keysa. Tepat setelahnya, dering ponsel berbunyi.

Keysa segera meraih ponsel itu, lalu memasukkan ke loker bersama barang-barang yang lain. Keysa membuka pintu, di sana Baron langsung memasangkan sarung tinju lain.

"Ini pertama kalinya, kan?" tanya Baron, dibalas anggukan. "Kalo di pertandingan nanti lo gak sanggup, lo boleh berhenti. Biasanya, kita emang baru selesai setelah salah satunya tumbang."

"Tapi karena lo cewek, kita bisa tolelir," lanjut Baron, orang yang akan menjadi wasit untuk pertandingan sore ini.

Keysa ke luar dari persembunyian. Seluruh penonton langsung bersorak saat dirinya melangkah menuju ring. Dari kanan kirinya, dia juga mendengar beberapa percakapan.

"Lo megang siapa, Bro?"

"Ganendra. Cewek gak mungkin menang lawan cowok, apa lagi lawannya Ganendra."

"Lo terlalu nganggep lemah cewek! Gue pegang Keysa."

"Kenapa?"

"Ganendra gak mungkin bikin ceweknya bonyok. Palingan nanti dia ngalah biar ceweknya menang."

"Heh! Lo sama juga ngeremehin goblok!"

Keysa naik ke atas ring. Ganendra sudah berada di sana melemparkan senyum khasnya. Mereka pun saling mendekat.

"Gimana? Udah siap ngalahin gue?" tanya Ganendra yang tak memudarkan senyum.

Keysa menatap mata Ganendra. "Pukul sekeras-kerasnya, gue bakal menangin pertandingan dengan adil. Gue gak mau lo ngalah!"

Ganendra mengangguk. "Kita mulai pertarungannya."

Pertandingan dimulai. Keysa menyerang lebih dulu. Ganendra menangkis dengan cekatan. Setelahnya, keduanya saling memberi serangan dan berhasil mendapatkan poin.

Keysa melakukan serangan bertubi-tubi. Ganendra hanya sibuk menangkis hingga tidak memiliki kesempatan menyerang. Gadis itu membabi buta.

Ganendra menyadari ada yang aneh dari tatapan gadis itu. Pukulan yang dilayangkan, seperti sebuah luapan amarah. Dia mencoba memikirkan, apakah amarah itu benar-benar tertuju padanya?

Ganendra pun kehilangan fokus, lalu terkena pukulan keras pada hidungnya. Keysa pun terbelalak saat melihat darah segar ke luar dari hidung cowok itu. Gadis itu mendekatinya.

"Ga, sorry. Gue kekencengan, ya, mukulnya? Kok lo gak nangkis, sih?"

"Udah biasa, Key. Lo gak usah khawatir. Serangan lo sempurna. Ayo lanjut!"

Para penonton yang masih jomlo pun bersorak geli melihat pasangan yang berada di atas ring. Di tengah pertarungan seperti ini, mereka masih sempat menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang