44th Key : Time Over!

401 18 2
                                    

⚠PERINGATAN!⚠

Part ini mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan.

Pembaca harap bijak, ya?

Vote & follow sebelum membaca yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote & follow sebelum membaca yaa

****

"Ganendra, gue kembali," ucap Disty seraya memeluk Ganendra. Laki-laki itu pun membeku dengan tangan yang masih menempelkan ponsel ke daun telinga.

Tidak heran bila Disty tahu tempat ini. Ganendra pernah mengajaknya kemari beberapa kali sebelum kecelakaan terjadi. Waktu itu, masih duduk di bangku SMP.

Mereka bolos karena lelah belajar. Orang tua mereka sama-sama terobsesi dengan nilai. Sejak saat itu, mereka mulai berlatih boxing bersama setiap sore dengan menggunakan belajar kelompok sebagai alasan mereka pulang larut.

"Pa, maaf, Keysa gak bisa pulang sekarang," kata Keysa, membuat Ganendra menoleh ke arahnya.

Keysa langsung menutup telepon tanpa menunggu sahutan. Tangannya gemetar ketika membuka foto yang dikirimkan nomor tidak dikenal. Itu foto cowok yang terikat di sebuah kursi dengan penutup mata.

"Leon?" gumamnya.

Mata Keysa memanas saat kembali melihat Ganendra dan perempuan yang tidak dikenalnya. Persetan dengan menyembuhkan trauma. Kini, dirinya dihadapkan oleh kenyataan yang justru menambah trauma baru.

Keysa melihat sarung tinju yang tergeletak di lantai. Alat yang dia pakai untuk bertarung dengan Ganendra, serta yang membawanya masuk ke kehidupan laki-laki itu semakin dalam.

Gue menggunakan kekuatan fisik untuk menutupi kekurangan dalam segi mental, sekaligus mencegah orang lain untuk menyakiti.

Dengan langkah gontai, Keysa mendekati Ganendra. Laki-laki itu melepas pelukan dari cewek berambut panjang itu. Semua yang terlihat hari ini cukup membuat hati Keysa terluka.

Tapi, gue gak nyangka. Orang yang nyakitin, malah orang yang paling gue sayang.

"Key, ini gak kayak yang lo lihat! Jangan salah paham, ya?" ucap Ganendra dengan panik di hadapan Keysa.

Bodohnya, gue selalu mencegah dia untuk pergi.

Keysa tersenyum getir. "Ga, gue boleh minta tolong?"

"Ap-- apa, Key?" tanya Ganendra dengan menatap lekat wajah Keysa, tapi gadis itu terus memalingkan wajah.

Gadis itu menekan keyboard pada ponselnya, lalu menatap Ganendra sekilas. "Jemput Ega buat gue. Dia butuh pertolongan," ungkap Keysa tanpa menatap Ganendra, lalu berlari ke luar membawa tas.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang