36th Key : Permohonan

447 15 1
                                    

Hampir lupa guys! Authornya ketiduran 😭

Vote sebelum membaca

Follow akun ini sayapmonokrom
supaya dapat notifikasi update.

Nyalakan data untuk melihat visual cast

****

Setelah beberapa hari beradu otak dengan kertas-kertas ujian, seluruh murid SMA Pemuda Bangsa akhirnya bisa bernapas lega. Ujian Kenaikan Kelas telah berakhir. Tidak terasa, setahun Keysa bersekolah di sini.

"Finally!" teriak Keysa di rooftop hingga siswa-siswi di bawah mendongak dengan tatapan aneh. Ganendra di sebelahnya menyodorkan permen kaki.

Keysa memicingkan mata ke Ganendra yang tidak tampak lelah sama sekali. Lelaki itu tersenyum hangat seperti biasa. Berbeda dengan dirinya yang tampak berantakan. Rambut acak-acakan dan kemeja putih yang ke luar dari celana.

"Lo masih bisa senyum-senyum kayak gini, ya?" tanya Keysa sambil tertawa hambar seraya menerima permen yang disodorkan.

"Gue gak boleh senyum?" tanya Ganendra dengan senyumannya, membuat Keysa terbelalak, tidak terima.

Keysa tidak mengerti bagaimana otak Ganendra bekerja. Mungkin, dirinya yang berlebihan karena tidak terlalu paham dengan pelajaran akademis. Namun, laki-laki di hadapannya tampak terlalu santai.

"Kita baru aja selesai ujian, Ganendra Putra! Bukan cuma 4-5 pelajaran, tapi 15 pelajaran, Ga! Li-ma be-las!" sergah Keysa dengan menggebu-gebu. "Otak lo gak kerasa mau meledak gitu?"

Ganendra memutar tubuhnya hingga menghadap Keysa dengan lengan kanan bertumpu pada pagar rooftop. Laki-laki itu menarik sudut bibirnya lagi. "Justru karena udah selesai, Keysa Geotama. Gue jadi bisa senyum sepuasnya depan lo."

Keysa menahan napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keysa menahan napas. Permen di mulutnya pun tertahan. Sedetik kemudian, dia mencabut permennya dengan tangan kiri, lalu meninju pelan bahu Ganendra dengan tangan lainnya.

"Kesel gue! Lo ngomong gitu, bikin jantung gue mau meledak, tau, gak?!" protes gadis itu.

Ganendra mengusap bahunya sambil meringis kesakitan, padahal sebenarnya tidak terasa sakit sama sekali. Setelah itu, dia tertawa setelah melihat Keysa salah tingkah memalingkan wajah.

"Udah ada rencana pas liburan?" tanya Ganendra dengan sisa tawanya. Keysa diam berpikir sejenak. Mengingat jadwal tidak tertulis yang ada di kepalanya.

Beberapa detik kemudian, suara notifikasi masuk ke ponsel Keysa. Itu dari psikiaternya, Dokter Erlangga. Gadis itu mengurungkan niat untuk menjawab dan membaca notifikasi yang masuk.

Unconditionally Key | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang