Part 3 : Musuh

59 6 0
                                    

"Lo.. Kalo udah capek bilang."
- Abian Mahendra


୨୧

Karina sudah siap sambil membawa tas yang berisi beberapa buku pelajaran. Ia memasukkan kotak bekal berwarna biru muda yang sudah disiapkan oleh Dinda. Kemudian ia memakan sepotong roti lapis sebagai menu sarapan. Setelah selesai, ia menghampiri Dinda untuk berpamitan dan tak lupa untuk mencium punggung tangan dari mamanya itu.

Karina mengikat tali sepatunya di teras rumah. Lalu ia bergegas keluar rumah dan menutup pagar rumahnya kembali. Seperti biasa, ia akan berjalan menuju stasiun kereta yang berjarak sekitar sepuluh menit dari rumahnya.

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara klakson motor dari arah belakang. Karina refleks menoleh dan mendapati Gafa yang sudah menghentikan laju motornya.

"Bareng, Kar!" Ucap Gafa setelah membuka kaca helmnya.

"Eh, gak usah, Fa. Gue mau ke stasiun,"

"Udah, sekalian aja. Yuk!" Daripada mereka berdua telat karena banyak berbasa-basi, akhirnya Karina menerima tawaran dari Gafa.

Sesampainya di parkiran motor sekolah mereka, Karina turun terlebih dahulu dan mencoba untuk membuka pengait helm yang terpasang di kepalanya. Apesnya, pengait tersebut macet dan membuat Karina kesusahan untuk melepasnya. Gafa yang baru saja melepas helm berwarna hitamnya itu langsung membantu Karina yang sedang kesulitan.

"Sorry, ya." Izin Gafa terlebih dahulu sebelum melepas kaitan helm yang tersangkut di kepala Karina.

"Makasih."

Karina dan Gafa menyusuri lorong bersama menuju kelas mereka. Betapa terkejutnya Karina ketika sebuah buku terlempar ke arahnya. Akibatnya, terbentuk goresan kecil di pelipis sebelah kanannya. Ia mengaduh pelan sambil memegangi lukanya yang sedikit perih.

"Kar! Lo gapapa?!" Tanya Gafa panik.

"Ah, gue gapapa."

Di depan mereka, terlihat dua laki-laki yang sedang berduel dengan hebat. Ternyata mereka adalah Abian dan musuh bebuyutannya, Nata. Mereka baru saja beradu mulut dan berakhir dengan perkelahian. Mulai banyak siswa dan siswi yang datang untuk menonton mereka.

"Sumpah, ini masih pagi!" Gerutu Gafa sambil menghampiri temannya itu setelah menyuruh Karina untuk pergi ke UKS. Bukannya menurut, Karina malah semakin mendekati kerumunan orang-orang tersebut.

"Berasa hebat lo? Iya?" Ucap Nata yang masih terengah-engah.

"Lo.. Kalo udah capek bilang." Abian menyeka cairan berwarna merah segar yang mengalir dari bibir bawahnya. Ucapannya barusan membuat Nata semakin jengkel. Ia tertawa sebentar dan langsung melemparkan pukulan ke arah Abian.

"Woi! Udah!" Teriak Gafa sembari menahan Nata yang masih tersulut emosi. Hal itu membuat Nata geram dan berusaha untuk melepaskan cegatan Gafa. 

"Lepas!" Perintah Nata kepada Gafa yang masih memegang erat tubuhnya dari belakang. Tentu saja hal tersebut tidak dituruti oleh Gafa. Ia malah semakin kuat menahan tubuh Nata yang terus saja melawan. Karina menghampiri Abian yang sudah terduduk lemas di lantai. Ia sangat prihatin melihat kondisi Abian yang sudah babak belur akibat ulah Nata. 

"Ya ampun.. lo harus ke rumah sakit!" Ucap Karina. Abian melihat wajah Karina dan tersadar akan adanya luka di pelipis gadis tersebut.

"Wajah lo.."

Karina refleks memegang lukanya. "Ah, ini-"

"Ada apa ini?!" Terdengar suara penuh amarah dari ujung lorong. Seorang pria paruh baya yang sering para murid sebut dengan 'Pak Seno' itu datang dan membubarkan kerumunan.

ABIAN MAHENDRA || Sung HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang