Part 9 : Utang Janji

38 4 3
                                    

"Janji adalah janji."
- Abian Mahendra



୨୧

Dua piring nasi uduk dengan beberapa macam gorengan sudah tertata rapi di atas meja makan. Pagi-pagi sekali, Dinda sudah keluar rumah untuk membelikan anak-anaknya sarapan. Ia tidak sempat untuk menyiapkan sarapan buatan sendiri karena harus bergegas ke rumah ibunya yang sedang sakit di Kota Bogor.

"Karina, Kiran! Mama pergi dulu, ya! Sarapannya udah mama siapin di meja makan!" Dinda berteriak agar suaranya terdengar oleh kedua anaknya yang sedang bersiap di lantai atas.

Dari atas, terdengar gemuruh langkah kaki yang tergesa-gesa untuk menghampiri sumber suara. Tak lama, terlihat seorang gadis dan anak laki-laki dengan balutan seragam sekolah masing-masing. Mereka mendekati Dinda dan secara bergantian menyalaminya.

"Ma, titip salam ke nenek, ya." Ucap Karina setelah mengecup lembut punggung tangan Dinda.

"Kiran ikut aja, ma. Boleh, yaa?" Rengek Kiran seperti anak kecil.

"Dih, bilang aja lo gak mau sekolah." Sahut Karina.

"Apa, sih?! Gak usah ikut-ikut lo!"

"Udah! Kenapa kalian malah jadi ribut? Mama udah tinggalin uang buat beli makan siang di laci belakang. Kalian baik-baik di sini, ya. Mama tinggal dulu."

✧✧✧

Kiran sedang mengikat tali sepatunya di pinggir teras rumah. Sementara itu, Karina masih membenahi dirinya di dalam kamar. Tak berselang lama, terlihat seseorang yang tengah berada di atas motor berhenti tepat di depan pagar rumah mereka. Kiran pun menyipitkan matanya untuk melihat orang tersebut dengan jelas. Penasaran, Kiran memutuskan untuk menghampiri laki-laki berjaket jeans tersebut.

"Siapa?" Tanya Kiran setelah membuka pagar rumahnya.

Gafa menaikkan kaca helmnya dan memberikan Kiran secercah senyuman di pagi hari. "Karina ada?"

"Temennya?" Tanya Kiran sekali lagi.

"Ah, iya. Gue Gafa temen kelas Karina. Lo.. Adeknya?"

"Gue harap si bukan."

Tawa Gafa sontak keluar dengan sendirinya. Karina yang sedang mengunci pintu rumah itu pun mendengar suara laki-laki yang tidak asing di telinganya. Ia pun menghampiri Kiran yang masih berdiri di depan pagar.

"Gafa?" Ucap Karina setelah mendapati keberadaan Gafa di depan rumahnya.
Senyum Gafa terbentuk kembali ketika melihat gelang manik pemberiannya masih melingkar cantik di pergelangan tangan Karina.

"Kar, ayo bareng!"

"Boleh, deh." Karina meraih helm pink dari tangan Gafa.
Kiran memperhatikan kedua manusia tersebut dengan tatapan yang penuh dengan kecurigaan.

"Lo.. Suka kakak gue?" Tanya Kiran spontan.

Pertanyaan Kiran tersebut menciptakan keheningan dalam beberapa saat. Jantung Gafa berdebar dengan begitu cepat. Untungnya, ia masih bisa bertindak seperti tidak terjadi apa-apa. Karina langsung memukul pelan bahu kanan Kiran. Ia tidak habis pikir dengan mulut adik satunya itu yang tidak bisa dikontrol dengan benar.

ABIAN MAHENDRA || Sung HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang