Part 4 : Panggilan

47 5 3
                                    

"Kalo gitu gue jadi yang pertama manggil lo Arin."
- Abian Mahendra


୨୧

Abian baru selesai melakukan rutinitasnya setelah pulang sekolah. Ia keluar dari gedung bimbingan belajar bahasa Inggris. Ini adalah les keduanya setelah dua jam sebelumnya ia mengikuti bimbingan belajar di tempat lain. Di parkiran, sudah ada Pak Jajang bersama dengan mobil putihnya. Abian langsung menghampiri mobil tersebut dan masuk kedalamnya setelah Pak Jajang membukakan pintu mobil.

"Den Ian, ini.. Tadi saya beli satu gratis satu." Ucap Pak Jajang sambil menyodorkan satu bungkus roti isi kepada Abian yang duduk di kursi belakang.

"Gak usah, pak. Buat bapak aja." Tolak Abian dengan sopan.

"Gapapa, den. Saya emang udah simpen ini buat deden." Abian menerima roti pemberian Pak Jajang. Entah mengapa, sikap sederhana ini membuat perasaannya membaik setelah beberapa masalah yang ia lalui hari ini.

"Makasih, pak."

"Saya juga masih ada, nih. Kita makan bareng dulu, den." Pak Jajang memperlihatkan roti isi miliknya yang masih tersisa setengah. Akhirnya, mereka memakan roti isi bersama sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

Sekitar dua puluh menit berlalu. Abian sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Ia berdiri sejenak dan menghela napas sesekali. Setelah siap, ia pun masuk ke dalam rumah berlantai tiga tersebut. Abian melihat ke segala arah untuk mencari keberadaan mamanya. Namun, ia tidak mendapati batang hidung  Jihan di lantai satu.

Abian memutuskan untuk naik ke lantai dua menuju kamarnya. Benar saja, di dalam kamarnya sudah ada Jihan yang sedang duduk di kursi belajarnya. Terlihat beberapa buku pelajaran baru yang tertumpuk di meja belajarnya.

"Ma." Panggilnya.

"Oh, udah pulang? Sini, sayang," Pinta Jihan sambil tersenyum.

"Kamu pelajarin ini, ya. Mama udah beliin buat kamu." Lanjutnya.

Abian melihat tumpukkan buku tersebut. Berbagai buku tentang perbisnisan ada di sana. Orang tuanya sangat ingin Abian mewarisi perusahaan bisnis papanya. Maka dari itu, ia selalu diberi asupan materi mengenai urusan bisnis.

"Sekarang kamu duduk di sini, belajar yang semangat, ya,"

"Kamu mau apa? Biar mama bawain kesini." Tawar Jihan sambil mengelus pelan punggung tangan Abian.

"Ma."

"Hm?"

"Buat kejadian yang tadi-"

"Sst.." Jihan meletakkan satu jari di depan mulut manisnya.

"Jangan omongin itu lagi. Pokoknya jangan sampai masalah itu diketahui papa, ok?" Lanjutnya.

Abian hanya mengangguk menuruti permintaan mamanya. "Belajar, ya. Mama ambil susu sama camilan dulu."

✧✧✧

Karina sedang menikmati beberapa bungkus camilan sambil menonton serial televisi kesukaannya. Waktu bersantainya sangat menyenangkan sampai pada akhirnya gangguan pun datang.

"IH, SINI!" Teriak Karina setelah Kiran, adik laki-lakinya, secara tiba-tiba mengambil remote televisi yang ia letakkan di atas meja.

"Pinjem dulu bentar, please.." Kiran mengganti saluran televisi menjadi siaran langsung pertandingan sepak bola.

"Kiran, ganti-"

"Sebentarrrr" Belum juga Karina selesai melontarkan ucapannya, adiknya itu sudah memotong perkataannya. Hal itu membuatnya sedikit kesal.

ABIAN MAHENDRA || Sung HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang