"Jangan nyerah. Lo harus berhasil."
- Gafa Nareswara୨୧
Langit-langit kamar menjadi pemandangan satu-satunya di mata Karina. Waktu malam terus berjalan meninggalkan dirinya yang masih saja terbangun. Sebuah kalimat singkat terus saja membayangi pikiran Karina. Aneh, padahal gadis itu sudah pernah mendengar kalimat tersebut sebelumnya. Ataukah.. karena orang yang mengucapkannya?
Gue suka lo, Arin.
AAAA!
Teriakan yang cukup menyenggol gendang telinga itu akhirnya keluar dari mulut Karina. Nampaknya ia sudah lelah dengan isi kepalanya sendiri. Antara sesal atau kesal ia tak tahu. Yang pasti, Karina sangat bingung bagaimana cara ia menjalani kehidupan sekolah di esok hari. Bertemu Abian kembali sepertinya akan memperumit semua ini.
Mengingat kembali ekspresi Abian ketika berpisah dengannya beberapa jam yang lalu, membuat hati Karina gundah. Namun dengan penuh tekad Karina yakin jika keputusannya ini sudah tepat. Toh, tidak ada yang dirugikan dengan hal ini, batinnya.
Brak!
"Ya Allah!" Tubuh mungil Karina terlompat kaget ketika pintu cokelat kamarnya yang semula tenang tiba-tiba saja terbuka dengan kencang. Emosinya langsung naik setelah menyadari adanya si pelaku yang tengah berdiri di balik pintu.
"WOI KERAN! JANTUNG GUE!" Bentak Karina kesal bukan main.
"Lo pikir gue gak kaget tadi?! Lo teriak pas gue lagi tidur! Dasar orgil!" Protes Kiran tak mau kalah.
Karina diam sejenak menyadari bahwa dirinya memang refleks berteriak beberapa saat yang lalu. Namun, khusus untuk adiknya, mengalah tidak ada di dalam kamus Karina.
"Gak usah ribet, udah sana balik!" Karina melempar sebuah bantal ke arah Kiran berada.
"Dih, apa sih?!"
"Sana!"
"GAK!"
"HEI HEI!" Suara Dinda yang datang dari belakang mengalihkan fokus kakak beradik tersebut. Dinda terlihat muak dengan pertengkaran kedua anaknya yang terus muncul setiap harinya. Dengan kedua tangan yang bersilang, wanita paruh baya itu menatap Karina dan Kiran yang berhasil membuat keduanya diam tak berkutik.
Sambil menghela napas kasar, Dinda menggosok pelan dahinya yang pening. "Udah.. Sekarang waktunya tidur. Jangan mulai."
Tanpa perlawanan, Karina dan Kiran kembali ke tempat masing-masing dengan damai. Mereka pun kembali mengistirahatkan tubuh dan tidur untuk mengisi daya di esok hari. Ya.. semua itu tidak berlaku bagi Karina. Pikirannya masih saja digerayangi oleh sebuah kalimat singkat penuh arti dari seseorang.
✧✧✧
Keadaan kelas 12 IPS 2 belum terlalu ramai seperti biasanya. Baru ada segelintir murid yang datang dan duduk di tempatnya masing-masing, termasuk Abian dan Shaka. Laki-laki yang kerap dipanggil 'hiu' oleh Dara itu tengah asyik bermain ponselnya. Entah mengapa hari ini ia terlihat sangat ceria. Mulutnya tak berhenti membuat lekukan lebar sepanjang dirinya menatap layar ponsel.
Lain halnya dengan Abian yang sedang fokus dengan buku pelajaran miliknya. Dari luar, laki-laki itu terlihat menghayati bacaan di depannya. Padahal, tanpa sepengetahuan siapa pun, isi pikiran Abian saat ini tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di pikiran Karina.
Gue suka lo, Arin.
Jujur, Abian sangat kesal dengan dirinya sendiri. Semenjak kata-kata tersebut keluar dari mulutnya, pikirannya menjadi tidak tenang. Ia terus saja memikirkan apa saja kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIAN MAHENDRA || Sung Hanbin
ФанфикZerosee.. Mari merapat! Memanggil para selir Sung Hanbin~ ❀❀❀ - Sedang proses pengembangan diri dalam menulis - Kehidupan paripurna penuh kesempurnaan terlihat jelas dari sosok laki-laki tampan bernama Abian Mahendra. Setiap orang di lingkungan SM...