"Lain kali tolong jangan begini."
- Karina Indira୨୧
Semilir angin yang sejuk menemani Abian di perjalanan pulang. Berbekal hati yang senang, laki-laki itu tak berhenti tersenyum di balik helm full face-nya. Sedikit demi sedikit ia dapat mengembalikan keaadannya bersama Karina.
Gerbang tinggi rumah Abian mulai terlihat dari kejauhan. Seorang satpam yang sedang duduk langsung berlari untuk membukakan gerbang tersebut. Dengan penuh hormat, pria paruh baya itu sedikit membukkukkan tubuhnya. Tak lupa Abian membalasnya dengan senyuman.
Masih dengan suasana hati yang bagus, Abian berjalan memasuki rumah mewahnya. Dirinya benar-benar tidak memikirkan apapun selain sosok gadis manis pemberi pangsit rebus tersebut. Wajah cantik dengan rambut yang terikat rapi membuat gadis tersebut sulit terhapus dari pikiran Abian.
Seketika perasaan Abian berubah ketika melihat dua orang pria paruh baya yang tengah duduk di sofa panjang. Mereka menatap Abian yang baru saja tiba dengan pangsit rebusnya. Perlahan perasaan cemas mulai melanda diri Abian. Entah bagaimana ia menjelaskan ini semua kepada Heru.
"Sudah selesai kerja kelompoknya?" Tanya Heru memulai pembiacaraan. Anehnya, pria paruh baya tersebut terlihat ceria dengan senyumannya yang khas.
Abian sedikit bingung dengan keadaan ini. Kerja kelompok? Kenapa papanya bisa mengira seperti itu?
"Pasti kamu cape ya.. Laura udah nunggu, tuh." Ucap pria satu lagi yang duduk di sebelah Heru, yaitu Gading.
"Ah, iya. Kalo gitu Bian ke dalam dulu ya." Abian sedikit membungkukkan punggungnya sebentar dan bergegas masuk ke ruang tengah. Benar saja, sudah ada Laura di sana. Gadis itu sedang membaca beberapa buku koleksi Jihan.
Sadar dengan kedatangan Abian, Laura langsung bangun dan menghampiri laki-laki tersebut. Tanpa basa-basi ia menarik lengan Abian dan membawanya naik ke lantai atas. Masih dalam kondisi yang bingung, Abian pasrah terbawa arus oleh Laura.
Sesampainya di atas, gadis itu menatap Abian dengan tatapan yang kesal. "Lo kemana aja, sih? Kenapa gak bisa dihubungin sama sekali?"
"Ah, sorry banget, Ra. Handphone gue mati tadi." Jelas Abian.
"Lo tau gak? Gue bersusah payah bikin alibi buat lo. Gue bilang kalo lo ngabarin gue lagi kerja kelompok, untungnya bokap lo percaya. Gue ketar-ketir banget kalo sampe bokap lo hubungin lo dan tau kalo lo ga aktif." Laura mengeluarkan segala unek-uneknya di hadapan Abian.
Bukannya merasa bersalah, Abian malah terkekeh pelan sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Thank you, ya. Hehe.."
"Masih bisa cengar-cengir lo,"
"Abis pacaran ya lo, ngaku!"
Abian terkejut dengan ucapan gadis satu itu. "Heh! Bisa jangan teriak gitu, gak?!" Ekspresi panik terlihat jelas di wajah Abian.
"Cih, bener ini mah. Minimal bagi kalo bawa oleh-oleh dari pacar." Mata Laura tertuju pada sebuah paper bag yang sedari tadi dibawa oleh Abian.
"Ra.." Abian nampaknya sudah lelah dengan ocehan gadis berwajah bule itu. Daripada suaranya sampai ke lantai bawah, Abian mengajak Laura untuk duduk dan mengeluarkan pangsit rebus yang masih hangat tersebut.
Harum semerbak melewati hidung mancung milik Laura. Nafsu makannya langsung meningkat ketika Abian mendekatkan semangkuk pangsit ke hadapannya. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Laura memakan pangsit tersebut dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIAN MAHENDRA || Sung Hanbin
FanfictionZerosee.. Mari merapat! Memanggil para selir Sung Hanbin~ ❀❀❀ - Sedang proses pengembangan diri dalam menulis - Kehidupan paripurna penuh kesempurnaan terlihat jelas dari sosok laki-laki tampan bernama Abian Mahendra. Setiap orang di lingkungan SM...