Part 21 : Study Tour (2)

35 0 3
                                    

"Asbun banget, gila."
- Nata Leandro



୨୧

Dua puluh tujuh kelompok terbentuk dari kumpulan siswa dan siswi kelas dua belas SMA Nusa Bangsa. Jiwa-jiwa kompetitif mulai terlihat dari setiap sudut mata para remaja tersebut. Mereka semua telah mempersiapkan diri untuk mendengar pertanyaan yang akan diberikan oleh operator.

"Ronde pertama sebelum makan siang, hanya ada sepuluh kelompok yang akan lolos. Kelompok dinyatakan lolos apabila dapat menjawab dengan benar satu pertanyaan yang diberikan." Ucap operator menjelaskan.

"Oke. Pertanyaan pertama,"

Suasana berubah hening dalam sekejap. Semua murid memasang telinga mereka agar bisa menjawab pertanyaan dengan cepat.

"Apa penyebab terjadinya perang dunia pertama?"

Tanpa ancang-ancang, Shaka mengangkat tangan kanannya. Sontak, semua mata tertuju padanya. Dara pun merasa sangat bangga dengan pacarnya itu.

"Ya, silakan."

"Bian," Shaka menyenggol lengan Abian dengan sikunya. Ya.. sudah diduga ia akan mengoper jawaban pada laki-laki pintar tersebut.

"Dasar." Gafa terkekeh pelan melihat tingkah laku temannya itu.

"Perang dunia pertama terjadi karena terbunuhnya Archduke Franz Ferdinand yang merupakan pewaris mahkota Austria-Hungaria beserta istrinya, yaitu Sophie Cothek." Jelas Abian dengan wajah santainya. Penampilannya berhasil menarik perhatian semua orang. Walaupun hal ini bukan lagi menjadi sesuatu yang baru.

"Sebab lainnya karena pada saat itu terbentuk aliansi politik antara Jerman, Austria-Hungaria, dan italia. Hmm, kemudian.. terjadi industrialisasi di Eropa yang akhirnya mendorong imperialisme modern. Bener, kan?" Nata menoleh ke arah Abian setelah mengatakan hal tersebut. Ekspresinya berubah menjadi menyebalkan. Sangat menyebalkan. Sementara itu, Abian hanya melihat Nata sebentar tanpa meladeni laki-laki tersebut.

"Wah.. Lengkap banget, nih jawabannya! Selamat, kelompok kalian jadi yang pertama lolos di ronde ini!" Sorak operator dan langsung diiringi dengan gemuruh tepuk tangan dari murid-murid lainnya.

Bukannya senang, Shaka dan yang lainnya malah diam karena kejadian beberapa menit yang lalu. Entah mengapa suasana berubah menjadi awkward. Kedua remaja laki-laki tadi hanya diam tanpa menanggapi suara operator. 

Melihat situasi yang semakin memanas di antara Abian dan Nata, sang ketua kelas pun mencoba untuk merilekskan keadaan. "Wohoo! keren, guys!" Gafa heboh sendiri sambil menepuk tangannya beberapa kali. 

"Bangga banget gue temenan sama lo, Yan," Ucap Shaka ikut meramaikan.

Shaka melirik ke arah Nata. "Lo juga." Lanjutnya. Bukannya membaik, atmosfer di sekitar mereka malah semakin aneh. Kedua laki-laki peringkat atas tersebut masih melihat satu sama lain dengan tatapan penuh saing.

"Kenapa? Lo kok kayak gak seneng?" Oceh Nata tiba-tiba. Wajah tengilnya kembali seperti sedia kala. Setelan awal Nata terlihat kembali setelah beberapa waktu menghilang entah kemana. 

Tak ingin memperpanjang perkara, Abian memilih untuk tetap diam. Namun, sepertinya Nata sangat ingin sesuatu terjadi kali ini. 

"Yang pinter gak cuma lo doang." Ucap Nata.

"Mau lo apa, sih?" Abian sedikit meninggikan nada bicaranya. Kesabarannya mulai habis mendengar ocehan asal dari mulut Nata.

"Guys, udah.." 

ABIAN MAHENDRA || Sung HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang