Part 11 : Pikiran

35 2 0
                                    

"Pacar lo?"
- Laura Cyntia




୨୧

Berani kamu bohongi saya!

Abian berlari dari dalam kamarnya menuju sumber suara. Ia sudah tahu pemilik suara tersebut adalah papanya sendiri.

Terlihat tiga oknum yang sedang berdiri di depan pintu besar rumah Abian. Salah satu oknum hanya bisa menundukkan kepalanya sembari mendengarkan bentakan keras dari Heru. Oknum tersebut bukan lain dan tak bukan ialah Pak Jajang. Sedangkan Jihan hanya mengamati mereka tanpa bisa berbuat apa-apa.

Melihat Pak Jajang yang membeku dan ketakutan, Abian langsung menghampiri keberadaan supirnya itu.

"Cukup, pa!"

Teriakan Abian membuat ketiga orang tersebut menoleh ke arahnya. Jihan sangat terkejut dengan kehadiran anak semata wayangnya itu. Ia khawatir suaminya akan melampiaskan kemarahannya kepada Abian.

"Abian.. Masuk lagi ke kamar.." Ucap Jihan pelan.

Heru melihat Abian dengan tatapan yang tajam. Sudah lama Abian tidak melihat ekspresi papanya seperti itu. Terakhir kali ia melihatnya ketika masih berumur lima tahun. Hal itu pun yang menjadi alasan Abian pasif di hadapan orang tuanya.

"Kemana kamu semalam?" Tanya Heru tegas.

Abian menoleh ke arah Pak Jajang dan memegang lengan pria tersebut. "Pak, bapak boleh pergi Sekarang."

"Maksud kamu apa?!" Emosi Heru semakin besar. Ia sangat marah dengan sikap anaknya yang seperti ini.

"Pa, ini kesalahan Bian. Jangan bawa-bawa Pak Jajang."

Untuk yang pertama kalinya, Abian berani berhadapan secara langsung dengan Heru. Hal itu sangat keterlaluan bagi Heru.

"Ikut papa." Perintah Heru sambil melangkah masuk ke dalam. Abian mengikuti Heru dari belakang. Begitu juga Jihan yang berjalan sambil memegang lengan Abian dengan gelisah.

"Tinggalkan kita berdua." Suruh Heru setelah menghentikan langkahnya.

"Tapi-"

"Sekarang."

Dengan berat hati, Jihan meninggalkan ayah dan anak tersebut. Sebenarnya ia sangat ingin melawan dan mengambil anak semata wayangnya itu pergi. Namun, jika hal itu sampai terjadi, keadaannya akan semakin parah.

Heru menatap Abian sebentar dan memejamkan matanya sambil menghela napas dalam. Sementara Abian hanya diam dengan jantung yang berdebar kencang. Di dalam hatinya, ia sangat takut dengan sosok Heru yang begitu menyeramkan. Dengan gigih, ia berusaha untuk membuang rasa takut itu mulai dari sekarang. Ia sudah lelah dengan sikapnya yang selalu diam di setiap situasi.

"Siapa?" Tanya Heru setelah membuka kembali matanya.

Abian masih diam tidak merespon.

"Papa tanya siapa perempuan itu?!" Suara heru semakin tinggi.

"Cuma temen." Ucap Abian singkat.

ABIAN MAHENDRA || Sung HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang