بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Menjadi wanita yang tegar tidaklah gampang, tapi juga bukan suatu ketidakmungkinan."
—🖤—
PARA tamu undangan dibuat terkagum-kagum dengan dekorasi yang mewah serta megah. Pernikahan Angga dan Shareefa memang diadakan secara besar-besaran, dengan jumlah tamu ribuan. Sedangkan Nayya hanya bisa diam di pojokan, menyaksikan sang mantan tengah mengucap ijab kabul.
Dua hari lalu kenyataan Zayyan yang ternyata sudah beristri memukul telak dirinya, sekarang ditambah pula dengan pernikahan Angga yang dihelat di resort milik sang ayah. Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa tangga.
"Mending makan, Nay, daripada galau nggak jelas. Mantan biarlah menjadi mantan, nggak usah lo kenang," oceh Syaki yang tengah asik menikmati hidangan makanan.
"Otak lo isinya makanan semua. Nggak ada empati-empatinya lo sama temen sendiri!" Nayya lalu bergegas pergi.
"Mbak Nayya."
Nayya celingukan mencari seseorang yang memanggilnya. Sampai akhirnya mata dia menemukan Zalfa yang tengah duduk nyaman di kursi roda, di sampingnya ada Harini juga.
"Kok bisa di sini?" tanya Nayya saat sudah menghampiri keduanya.
"Diundang Mas Dokter," sahut Harini antusias.
"Angga maksud Ibu?"
Harini mengangguk semangat.
"Dokter Angga yang sudah merawat saya selama koma, Ibu mengenal baik beliau, Mas Zayyan juga berteman baik dengan Dokter Angga. Makanya kami ada di sini," terang Zalfa.
Nayya hanya ber'oh' ria.
"Nak Nayya kenal Mas Dokter juga?"
Nayya sedikit meringis. "Mantan, Bu."
Harini dan Zalfa saling berpandangan, dengan penuh rasa sesal Harini mengucapkan permohonan maaf.
"Mas Zayyan kok belum ke sini yah, Bu? Apa pekerjaannya nggak bisa ditinggalkan?"
"Zayyan lagi sibuk di dapur, dia, kan yang jadi Kepala Chef untuk acara wedding ini."
Zalfa manggut-manggut.
"Mau ketemu Zayyan? Gue bisa antar lo ke sana," tawar Nayya seramah mungkin. Tidak ada alasan untuk membenci Zalfa, dia mencoba untuk mengikhlaskan dan berdamai dengan kenyataan.
"Boleh memangnya?"
"Gue anak pemilik resort kalau perlu lo ingat. Apa pun bebas gue lakukan," jawabnya.
"Nggak usah, Mbak, terima kasih. Saya takut mengganggu pekerjaan Mas Zayyan," putus Zalfa setelah menimbang-nimbang.
"Okeyy."
"Resort-nya luas yah, Nak, bagus juga," cetus Harini terkagum-kagum.
"Papa emang nggak pernah main-main kalau bangun bisnis, Bu. Semua detail kecilnya diperhatikan," jelas Nayya apa adanya.
"Masyaallah," ungkap Zalfa.
"Saya pamit dulu, ada beberapa hal yang harus diurus. Di sini saya bukan tamu, tapi tim penyelenggara acara," katanya seraya terkekeh pelan.
Harini dan Zalfa hanya tersenyum dan mengangguk maklum.
"Mbak Nayya baik dan ramah, nggak judes kayak yang Mas Zayyan bilang. Ya, meskipun cara ngomongnya agak tinggi dan gaul," komentar Zalfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selepas Gulita | END √
SpirituellesSELESAI || PART MASIH LENGKAP Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra. Hidup tak selalu mudah...