Eps. 32

1.5K 94 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Sadar tidak sadar, lingkungan kerapkali mempengaruhi dan membawa perubahan dalam diri."

—🖤—

KEHIDUPAN Nayya benar-benar berubah total. Setiap pagi hari dirinya disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan rumah. Semua dikerjakan dengan hati yang riang, tidak ada beban. Rasa lelah yang dirasa, tidak sebanding dengan kebahagiaan yang kini menyapa.

Mengantar Zalfa ke rumah sakit untuk terapi pun dilakoni Nayya. Meskipun agak repot karena harus menggunakan taksi, tapi dia tetap enjoy dengan kehidupannya saat ini. Mobil miliknya sengaja disimpan di resort, untuk dipakai Syaki bila lelaki itu memerlukan. Sebab, rumah yang saat ini ditempati tidak memiliki garasi.

Jika hendak bepergian Zayyan yang akan mengantar dengan sepeda motor. Sekarang Nayya benar-benar berkawan dengan kesederhanaan. Pakaiannya pun menyesuaikan, gamis serta kerudung menutup dada menjadi andalan. Jauh dari media dan kamera, ternyata jauh lebih menyenangkan bagi Nayya.

Setelah banyaknya kesabaran, gencarnya ikhtiar, dan derasnya linangan air mata, kini Zalfa sudah mulai bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan Zayyan dan Nayya lagi. Terapi okupasi yang dijalani, memang bertujuan untuk memudahkan pasien agar bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Meskipun masih belum bisa berjalan, tapi setidaknya Zalfa bersyukur karena tidak begitu merepotkan Nayya dan Zayyan.

"Malam ini, kan jadwal Mas Zayyan sama kamu. Mending kalian jalan keluar berdua, ngabisin waktu sama-sama. Pacaran," titah Zalfa di tengah kegiatan mereka yang tengah menonton kajian.

Zalfa menularkan kebiasaan positif, Nayya yang biasanya lebih suka menonton film dan serial drama kini justru jadi kecanduan kajian. Zalfa banyak sekali membawa perubahan pada diri Nayya, terlebih dalam perkara agama yang dulu tidak terlalu diprioritaskan.

"Nggak ah, di rumah aja. Jadi anak rumahan aku sekarang, nggak doyan keluyuran," tolaknya.

"Kenapa?"

"Udah bosan kali yah, sebulan nikah sama Zayyan banyak ngubah aku, apalagi gaul sama kamu. Kayak buat apa sih buang-buang waktu untuk keluyuran? Mending nonton kajian atau tadarusan. Lebih punya tujuan dan semangat dalam beribadah, hidup satu atap sama kamu dan Zayyan itu bawa aura positif," sahut Nayya dengan senyum mengembang.

Zalfa manggut-manggut. "Kamu emang nggak bosan, atau jenuh misalnya? Kehidupan kamu dulu dan sekarang, kan beda jauh."

"Malah aku lebih seneng sama kehidupan aku sekarang. Mau berbenah dan berusaha menjadikan diri agar lebih layak untuk Zayyan. Aku juga suka iri sama kamu, Fa. Kamu tuh nggak main-main dalam beragama. Aku nggak mau tertinggal dari kalian berdua," terangnya.

"Aamiin, semoga istiqomah yah."

"Oh, ya kepala kamu gimana? Masih suka pusing tiba-tiba?" tanya Nayya.

Zalfa mengangguk singkat. "Masih, tapi hanya sesekali. Kamu nggak usah khawatir, lagi pula kondisi aku sekarang jauh lebih baik kok."

"Iya, sekarang udah profesional banget. Nolak terus kalau mau dibantuin, berasa ada yang hilang tahu," dengkusnya.

Zalfa malah terkekeh, lalu memeluk Nayya dari samping. Dia sudah menganggap Nayya seperti adiknya sendiri. "Bagus dong, malah kamu harusnya senang karena dengan begitu kamu punya waktu lebih lama sama Mas Zayyan."

"Kok kamu bisa seikhlas itu sih, Fa? Kamu rela berbagi suami dan kamu tuh nggak pernah kesel ataupun cemburu sama aku," herannya.

"Aku lagi usaha supaya bisa masuk surga, makanya aku ikhlas dan rela. Kalau cemburu pasti ada, tapi suka aku alihin ke dzikir supaya nggak kepikiran," sahut Zalfa seraya tersenyum lebar.

Selepas Gulita | END √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang