Eps. 6

2.4K 130 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Sesuatu yang Allah kehendaki, pasti akan terjadi. Tidak ada yang perlu disesali."

—🖤—

ZAYYAN bersandar di kursi ruang tamu dengan keadaan hati yang tidak menentu. Bayangan Zalfa yang tengah terbaring lemah, dilengkapi beragam peralatan medis benar-benar sangat mengganggu.

"Dari tadi, Yan? Kok Ibu gak denger salamnya?" ujar Harini saat melihat sang putra tengah duduk melamun.

Zayyan sedikit tersentak kaget, dengan segera dia pun menyalami punggung tangan sang ibu. "Baru datang kok, Bu."

"Kenapa muka kamu kusut gitu?" tanyanya setelah ikut duduk di sisi sang putra.

"Zalfa koma di rumah sakit, Bu."

Harini kaget bukan main. Kepalanya berulang kali menggeleng, menyangkal apa yang baru saja sang putra utarakan.

"Zalfa jadi korban tabrak lari."

Harini membekap mulutnya. "Innalillahi. Kenapa baru bilang sekarang? Kasihan sekali calon mantu, Ibu."

"Zayyan juga baru tahu kemarin malam, Bu. Handphone Zalfa rusak parah, pihak rumah sakit baru bisa menghubungi Zayyan, itu pun melihat dari daftar panggilan terakhir," terangnya terlihat sangat frustrasi.

"Zayyan akan resign supaya bisa menemani dan merawat Zalfa di rumah sakit," imbuhnya sangat bersungguh-sungguh.

"Ada Ibu yang bisa menjaga dan merawat Zalfa. Kalau kamu berhenti kerja, siapa yang akan membiayai rumah sakit, Zalfa?"

Penuturan sang ibu membuat kepala Zayyan semakin berdenyut pusing. Dia sudah benar-benar putus asa dengan keadaan seperti ini.

Harini mengelus tangan sang putra lembut lantas berkata, "Ambil wudhu, salat dulu. Pikiran kamu lagi kacau, Ibu nggak mau kamu salah mengambil langkah."

Zayyan menurut tanpa sepatah kata pun.

Allah sebaik-baiknya penolong, hanya kepada Dia-lah kita berpasrah dan berserah. Memohon petunjuk serta berdoa agar diberikan jalan terbaik untuk menyelesaikan persoalan.

Merendahkan diri serendah-rendahnya pada Sang Illahi. Berbisik pada bumi, berharap rintihannya sampai hingga menggetarkan Arsy.

"Engkau lebih mengetahui, sedangkan hamba tidak. Luaskan dan lapangkanlah hati hamba untuk menerima semua ketetapan -Mu. Jangan penuhi hati ini dengan prasangka buruk. Hamba memohon petunjuk serta pertolongan-Mu Ya Allah." Kedua tangan Zayyan menengadah.

"Berilah kesembuhan untuk calon istri hamba, serta angkatlah penyakitnya." Setetes air mata turun begitu saja.

Bayangan akan kondisi Zalfa yang sangat memprihatikan membuat Zayyan semakin dilanda ketakutan. Dia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk. Hatinya seolah yakin, bahwa Zalfa akan kembali pulih, tapi logikanya menentang dan berkata hal yang bertolak belakang.

Sebuah tasbih tak pernah lepas dari genggaman. Bibirnya berdzikir agar senantiasa diberi ketenangan, hanya itu yang bisa Zayyan lakukan. Bukan berharap senang, melainkan tenang.

Suara ketukan pintu membuat Zayyan mau tak mau beranjak dari atas sajadah. Mendapati Harini yang tengah tersenyum di ambang pintu, membuat senyum Zayyan sedikit terbit.

"Ibu akan bermalam di rumah sakit, sekarang lebih baik kamu istirahat di rumah. Besok pagi, kan harus kerja lagi."

Zayyan menggeleng tegas. "Ibu istirahat di rumah, biar Zayyan yang ke rumah sakit. Kalau soal kerja, Zayyan bisa izin beberapa hari."

Selepas Gulita | END √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang