Eps. 1

6.3K 251 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Dunia maya diibaratkan seperti dua mata pisau, bisa menguntungkan dan bisa juga merugikan. Maka berhati-hatilah dalam bermedia sosial."

—🖤—

ZAYYAN Zainul Muttaqin, sebut saja begitu. Pemuda berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai juru masak di sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Selatan. Berperawakan tinggi dengan tubuh sedikit berisi, mata hitam bulat yang dihiasi bulu mata lentik, serta hidung bangir.

Chef Zayyan itulah sapaan akrabnya. Tangan ajaibnya mampu menciptakan beragam jenis makanan sehat, lezat, nan nikmat. Tidak ada satu pun lidah yang mampu menolak, bahkan pesona pria itu berhasil menjerat banyak akhwat. Namun, sayang hatinya sudah dimiliki bahkan pernikahan sudah di depan mata. Sebentar lagi akan dihelat.

"Hp lo dari tadi bunyi terus."

Perkataan sang rekan kerja berhasil menghentikan kegiatan Zayyan yang kini tengah asik bercengkrama dengan kompor dan wajan.

Ia pun melihat gawainya, tanpa ada sedikit pun niat untuk mengangkat panggilan tersebut. Padahal, di sana tertera nama sang calon istri, Zalfa Hasna.

"Berisik, Yan, angkat dulu napa."

Tangan Zayyan yang hendak menaburkan bumbu ke dalam wajan kembali dihentikan. Tanpa kata ia pun menurut, tapi sebelumnya mengecilkan kompor terlebih dahulu.

"Mati."

"Siapa yang mati?" serobot Fauzan yang tak lain merupakan rekan kerjanya.

"Panggilannya," jawab Zayyan singkat.

Fauzan mendengkus kasar, lalu ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Zayyan berusaha untuk menghubungi sang calon istri, panggilan pertama tersambung tapi tak kunjung diangkat. Panggilan kedua malah tidak aktif.

"Gini amat ngambeknya. Sampai matiin hp segala," monolognya masih mencoba untuk menghubungi nomor sang calon istri.

"Gak biasanya kamu kayak gini, Fa," bisiknya mulai merasa cemas.

"Masakan lo gosong, Yan!" pekik Fauzan berhasil menarik Zayyan dari kegundahan.

Ia pun bergegas untuk mematikan kompor dan terdiam beberapa saat. Perasaannya mendadak tidak enak, seperti ada sesuatu yang mengganggu, tapi ia tak tahu apa itu.

"Lo kenapa, Yan?" tanya Fauzan bingung sekaligus penasaran saat mendapati air muka Zayyan yang seperti orang linglung, dengan pandangan kosong menerawang.

Zayyan hanya menggeleng sebagai respons. Ia pun mengalihkan pikirannya dengan cara membereskan kekacauan yang tak sengaja diperbuat. Segera membuang makanan gosong ke tempat sampah, dan kembali memasaknya ulang.

—🖤—

Matanya mengerjap pelan dan pada saat terbuka mendapati dirinya tengah terbaring di ranjang pesakitan dengan selang infus di tangan. Melirik ke samping, senyum sang ayah langsung menyambutnya.

"Perempuan yang tadi ketabrak gak papa, kan, Pa?" tanyanya saat kesadaran perempuan itu mulai terkumpul.

Bayangan akan kecelakaan beberapa waktu lalu berputar begitu saja, bahkan ia merasa kepalanya sedikit berdenyut sakit karena terpental dasboard mobil.

"Korban siapa? Angga baik-baik saja, hanya kamu yang gak sadarkan diri," sahutnya.

"Bukan Angga, tapi perempuan, Pa," sangkal Nayya.

Selepas Gulita | END √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang