Eps. 37

1.8K 94 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Jangan bertindak sebagai pecundang yang tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan."

—🖤—

KETEGANGAN langsung terasa saat Nayya menginjakkan kaki di kediaman Angga. Emosi sudah sangat menguasai, dia yakin akan lepas kendali jika Syaki tak menghalangi.

"Lo gila, Angga!" desis Nayya penuh peringatan.

Dia menunjuk tepat pada wajah Angga yang merasa bingung, dengan kedatangan Nayya yang wajahnya dihiasi emosi.

"Kita bicarakan baik-baik. Ada apa, Nay?"

Nayya berdecak. "Lo harus bertanggung jawab atas kecelakaan yang melibatkan Zalfa!"

Angga membatu di tempatnya. Angan lelaki itu terbang pada kilatan masa lalu. Napasnya begitu memburu, pikirannya mendadak kacau balau.

"Kenapa lo nggak terus terang kalau ada korban?! Gue kayak orang bego yang nggak tahu apa-apa, tapi lo kambinghitamkan!"

"Korban apa sih, Nay? Maksud kamu apa?" kilah Angga berusaha untuk menetralkan mimik wajah.

Nayya tertawa hambar. "Zalfa. Lo ingat sama perempuan yang lo sembunyiin di ruang ICU, hah?!"

Wajah Angga pucat seketika. "Zalfa, kan pasien aku, Nay. Istrinya Zayyan."

Nayya berdecih. "Pasien yang lo tabrak lebih tepatnya!"

Angga menggeleng pelan.

Nayya menampar Angga sekuat tenaga hingga menimbulkan bunyi nyaring. Bahkan, setelahnya terdengar gelas yang jatuh mengenaskan di lantai.

"Nayya kamu apa-apaan! Kenapa nampar suami aku!"

Nayya memutar bola mata malas. "Laki lo pelaku tabrak lari!"

"Mas," cicit Shareefa dengan tubuh bergetar.

"Nayya salah paham, Fa, saya nggak mungkin melakukan tindakan melanggar hukum," bohong Angga meyakinkan istrinya.

Shareefa berkawan geming. Perkataan Nayya berputar dalam otaknya. Dia menatap nyalang pada sang suami, yang kini sudah tersudutkan.

"Zalfa koma, sadar dinyatakan lumpuh. Lo berlagak jadi pahlawan di mata Zayyan dan Ibu, padahal lo itu pelaku. Lo seolah baik, dengan membantu membayar pengobatan Zalfa, bahkan lo juga nyariin terapis terbaik untuk penyembuhan Zalfa. Itu semua lo lakuin buat nutupin kelakuan bejat lo!"

Napas Nayya naik turun, dia benar-benar lepas kendali dan tidak lagi bisa menahan emosi.

"Lo bayar pihak rumah sakit supaya tutup mulut, dan nggak menghubungi pihak keluarga Zalfa. Tapi, akhirnya identitas Zalfa bocor juga, Zayyan mendapat kabar calon istrinya koma dua minggu di rumah sakit. Lo sakit jiwa, Angga!"

"Identitas Zalfa lo sembunyiin, handphone Zalfa lo ancurin, bahkan SIM card juga lo gunting jadi dua. Perlu fakta apalagi, hah?! Bisa-bisanya lo ngarang cerita seolah bertindak sebagai pahlawan. Menyuap orang-orang untuk tutup mulut. Lo gila!"

"Kamu tahu dari mana, Nay? Jangan sembarangan menuduh!"

"Lo masih nyangkal? Perlu gue bawa saksinya ke hadapan lo sekarang?!"

Angga merapatkan matanya sejenak, menarik napas panjang lantas mengembuskannya kasar. "Kecelakaan itu terjadi murni karena ketidaksengajaan. Nggak ada sedikit pun niat untuk membuat orang lain celaka bahkan sampai koma. Kamu tahu sendiri, kita terlibat perdebatan sengit saat itu."

Selepas Gulita | END √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang