بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Tidak ada masalah, yang tak bisa diselesaikan. Pada akhirnya semua pasti akan menemukan titik terang."
—🖤—
BEKERJA menjadi wujud pelampiasan Zayyan agar tak terlalu bergelut dengan segala masalah yang tumpang tindih menghimpit rumah tangganya. Namun, yang terjadi Zayyan malah kehilangan fokus. Entah itu masakannya yang gosong, keasinan, bahkan hambar. Hingga para pelanggan berbondong-bondong untuk komplain.
"Lo kenapa sih, Yan? Nggak biasanya masakan lo ancur. Kalau gini ceritanya lo bisa buat pelanggan pada kabur!" sembur Nayya penuh emosi.
Zayyan menunduk dalam. Dia memang sangat keliru dan tidak profesional. Tidak seharusnya masalah rumah tangga dibawa hingga ke ranah kerja.
"Saya minta maaf, Mbak Nayya. Saya kehilangan fokus," sahutnya memohon ampun.
Nayya menghela napas berat. "Lo kalau lagi banyak pikiran nggak usah kerja. Lagian bini lo juga masih di rumah sakit, bukannya temenin doi malah maksain ke resort. Jadi kacau, kan kerjaan lo!"
"Saya sudah terlalu banyak mengambil cuti, Mbak Nayya," kilahnya.
"Kalau emang lo masih mau kerja di sini, kerja yang bener. Profesional, Yan!"
"Iya, saya tahu saya sudah sangat keliru. Saya minta maaf, Mbak Nayya. Saya janji nggak akan mengulanginya lagi," tutur Zayyan penuh keyakinan.
"Okeyy, lo bisa balik kerja lagi," tukas Nayya mempersilakan Zayyan untuk segera meninggalkan ruangannya.
"Lo kenapa sih, Yan? Waktu Zalfa koma perasaan kerja lo baik-baik aja. Tapi, sekarang cuma karena Zalfa masuk rumah sakit, kacau balau kerjaan lo. Nggak habis pikir gue!" gumam Nayya seraya geleng-geleng kepala.
Percayalah menghadapi komplain pelanggan, yang kebanyakan dari mereka perempuan lebih susah untuk diajak bernegosiasi. Apalagi ibu-ibu, tidak ada yang mau mengalah dan bersikukuh untuk memviralkan masalah ini ke jejaring maya.
Beruntung akal Nayya banyak, dia memberikan uang kompensasi pada para pelanggan yang merasa dirugikan. Menganggap permasalahan ini tidak pernah ada, dan akhirnya semua clear saat diberi amplop berisi lembaran berwarna merah.
Nayya tak bermaksud untuk merendahkan orang lain, dengan cara seperti itu. Tapi memang hanya dengan cara tersebut semua permasalahan bisa dituntaskan. Uang memang bisa membungkam mulut orang-orang. Itu fakta, dan benar adanya.
Nayya beranjak dari ruangannya, dia ingin memastikan sesuatu. Apa yang sebenarnya mengganggu kinerja Zayyan. Dia berencana untuk menjenguk Zalfa, ingin melihat kondisi perempuan itu. Apakah karena masalah kesehatan Zalfa yang membuat Zayyan tidak fokus, atau bahkan ada yang lain.
"Lo mau ke mana, Nay?" tanya Syaki saat mereka berpapasan.
"Gue ada urusan bentar," singkatnya.
"Kunci mobil lo." Syaki menyerahkan kunci mobil milik Nayya yang sudah berhasil diambil dari bengkel.
"Lo simpan aja di kamar, gue mau pake mobil fasiltas resort. Sorry, gue nggak bisa banyak basa-basi, buru-buru."
Syaki hanya mengangguk lantas mengikuti titah Nayya.
Mobil yang Nayya kendarai akhirnya sampai di rumah sakit. Dia mengambil parsel buah yang berada di kursi samping kemudi, lalu turun dari mobil. Sejenak merapikan penampilan, lalu berjalan anggun dengan sepasang heels yang bunyinya begitu nyaring, kala bertemu dengan lantai rumah sakit yang kinclong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selepas Gulita | END √
روحانياتSELESAI || PART MASIH LENGKAP Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra. Hidup tak selalu mudah...