Part 1. Sekolah baru Bian

265 57 39
                                    

Allo guys,

Ini entah cerita aku yang keberapa, tapi kemungkinan besar ini yang bakalan tamat duluan dari pada cerita yang lain, tau lah jiwa mager itu meronta-ronta ingin keluar di saat lagi fokus bikin cerita.

Warning!!!

Di cerita ini ada beberapa part yang kebalik gak tau kenapa bisa ke ubah sendiri wee, pas udah di edit balik lagi, kesel banget sumpah. jadi kalau gak mau bingung,

Cek

Biar gak bingung okey?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biar gak bingung okey?

Jangan lupa follow+vote sebelum baca okey
.
.
.
.
.

Hari ini adalah Hari pertama. Bian berangkat ke sekolah barunya, laki-laki berparas gagah tinggi yang umurnya masih 17 tahun.
Bian  beberapa minggu kemaren baru saja pindah dari Korea Selatan ke Indonesia, karena orang tuanya pindah kerja dan mau tidak mau Bian terpaksa harus ikut dengan kedua orang tuanya.

Di sinilah Bian sekarang.
Baru saja keluar dari mobil pribadi milik keluarganya yang berhenti mulus di sebuah gerbang sekolah yang bertuliskan.

"Garuda school"

Bian tidak di perbolehkan membawa motor mau pun mobil ke sekolah.
karena sudah jelas anak itu akan ngebut-ngebutan lagi di jalan seperti waktu di Korea.

" Pak, gak usah jemput bian ya, bian naik taksi aja, soalnya ada beberapa peralatan sekolah yang masih belum lengkap"

Bian berdiri di depan pintu mobil sambil berkacak pinggang.

Setelah mendapatkan anggukan paham dari pak sopir, Bian pun mulai berjalan santai menyisiri pekarangan sekolah barunya.

"Lumayan juga ni sekolah" Bian melirik setiap inci yang ada di sudut sekolah.

Bruk!!!

Saat di persimpangan koridor, Bian di tabrak oleh seorang perempuan yang tampaknya sedang tergesa-gesa, membuat Mereka berdua tersungkur ke lantai.

"Ma,, maaf ya, saya sedang buru-buru"

Perempuan itu pun langsung berlari meninggalkan Bian yang masih berusia mencerna apa yang barusan terjadi.

"Bukannya minta maaf, malah nyelonong pergi gitu aja" Bian menepuk-nepuk bajunya sambil bersungut-sungut.

Darah,,,

Mata Bian langsung terfokus setelah menangkap ada bercak darah yang lolos menetas di keramik putih sekolah.

"Tu cewek kenapa ya? " Bian hanya  bergumam dalam hati

Tidak mau merusak acara hari pertamanya, Bian memilih untuk bodoh amat dengan masalah tadi, toh dia juga  tidak kenal dengan Perempuan itu.

Bian melirik-lirik pintu kelas di sepanjang koridor, membaca tiap papan pemberitahuan yang menempel di badan pintu. hingga akhirnya dia berhenti di depan pintu yang bertulisan Kelas (11.D)

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang