Seisi asrama Boys planet sudah tahu bahwa Hoetaek itu milik Jiwoong, jadi tak masalah kalau Jiwoong mendekati Hoetaek secara terang-terangan, tapi masalahnya lelaki itu tiba-tiba seperti menghindarinya, Jiwoong tak tahu apa salahnya, dia tidak pernah memancing ikan lagi, sungguh.
"Apa aku membuat kesalahan, Hyung?" tanyanya ketika sudah tidak tahan lagi karena selalu mendapatkan respon dingin.
Hoetaek menggeleng. "Tidak, Woong-ah, aku hanya sedang lelah dengan pikiranku."
"Kenapa, hmm?" tanya Jiwoong lemah lembut, digenggamnya tangan Hoetaek yang sedang berusaha mencari pegangan. Lelaki itu menggeleng, menolak bercerita. Jiwoong hanya bisa menghela napas kasar, baiklah, dia tak akan memaksa.
"Apa kau merasa cemas karena besok adalah hari eliminasi?" Jiwoong berusaha menebak-nebak apa yang sedang dipikirkan Hoetaek. Kekasihnya terdiam, sebenarnya dia tidak lagi cemas, Hoetaek percaya pada ramalan sang manajer, bahwa dirinya ada diurutan ke-10.
Namun, dia malah mengangguk, mengiakan tebakan Jiwoong.
"Jangan khawatir, Hyung, aku sudah meminta mama dan Ara untuk memberikan suaranya padamu." Mata Hoetaek membesar ketika mendengarnya, meski hanya dua suara, bukankah itu sangat berharga? Apalagi mereka adalah keluarga Jiwoong.
"Mereka akan mendukungmu, ditambah teman-teman Ara, pun dengan rekan bisnis mama," lanjutnya meyakinkan, bukannya senang Hoetaek malah merasa semakin kalut, apakah Jiwoong memberikan semua suara itu untuknya?
Seakan bisa membaca raut kebingungan yang ada di wajah Hoetaek, Jiwoong menjawab, "Aku ingin terus bersamamu, Hyung, kita berdua harus debut, aku akan memastikan itu terjadi." Bibirnya yang terus melengkung indah itu menyayat perasaan Hoetaek, kalau semudah itu, pasti tidak akan banyak trainee yang gagal debut.
"Woong-ah, aku ingin mengetahui sesuatu, bolehkah?" tanya Hoetaek mengalihkan topik pembicaraan. Jiwoong mengangguk, dia melepaskan genggamannya, lalu mempersempit jaraknya dengan Hoetaek, siap mendengarkan.
"Apa dulu kau pernah melakukan kesalahan yang sampai saat ini masih kau sesali?" Jiwoong terdiam sebentar, pertanyaan Hoetaek agak aneh, dulu Jiwoong banyak sekali melakukan kesalahan, jadi mana mungkin Jiwoong bisa mengingatnya satu-satu.
"Seperti apa, Hyung?"
"Misalnya menghamili anak orang?" Mulutnya menganga sempurna, itu pertanyaan yang sangat tajam, meski Jiwoong anak nakal, tapi kalau sampai menghamili anak orang dia pasti akan bertanggung jawab.
Jiwoong tak pernah melakukannya, dia menggeleng tegas. "Aku pernah berada di masa yang sangat buruk, Hyung, putus asa karena selalu gagal mencapai impianku," tuturnya mulai menghela napas untuk cerita yang sepertinya panjang.
"Aku menghibur diri dengan pergi ke club, tapi di sana aku malah bertemu dengan seorang perempuan malam yang nasibnya lebih menyedihkan dariku. Dia sedang hamil, perutnya sudah sedikit membesar, ketika dia menemaniku, dia malah menangis menceritakan kisah hidupnya." Hoetaek diam mendengarkan, sembari menahan heran, kenapa Jiwoong bisa sangat terbuka kepada dirinya, sedangkan Hoetaek merasa kesulitan untuk melakukannya.
"Lalu dia mengakhiri ceritanya dengan amarah, bahwa dia ingin menggugurkan kandungannya, dia meminta tolong padaku untuk menemaninya pergi ke klinik dan berpura-pura menjadi pasangannya."
"Apa kau setuju untuk menemaninya?"
Jiwoong menggeleng, tentu tidak, orang waras mana yang ingin dilibatkan dalam pelenyapan nyawa tak berdosa di dalam rahim seorang wanita? "Ah, tapi jika kau menanyakan apa kesalahan terbesarku, sekarang aku ingat, Hyung. Kesalahanku adalah percaya pada wanita itu, dia menipuku, jadi aku tak punya pilihan selain menuruti permintaannya untuk menemaninya pergi ke klinik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukewarm || Hui-Jiwoong
FanfictionHanya orang gila yang bercita-cita ingin menjadi idol di Korea. Peluangnya sangat kecil, meskipun berhasil belum tentu bisa bertahan di industri ini. Hui adalah salah satu bukti kekejaman industri hiburan di Korea. Produser yang pernah mencapai masa...