Baru saja Hui menutup laptopnya saat terdengar seorang berusaha membuka pintu apartemennya, terdengar bunyi khas yang menandakan kuncinya sudah terbuka, siapa lagi yang tahu kata sandi apartemen ini selain Jiwoong? —kekasihnya.
Refleks Hui tersenyum, sejak lulus dari acara Boys planet, mereka memutuskan untuk tinggal bersama, tapi anehnya mereka tak selalu bisa bersama setiap saat, kadang Jiwoong tidak pulang beberapa hari, dan ketika dia akhirnya bisa datang ke apartemen ini, malah Hui yang tidak sempat pulang, dia bermalam di studio atau di asramanya.
Mereka tentu kesal karena tak pernah mempunyai jadwal yang cocok untuk berduaan. Akhirnya keduanya memutuskan dan menyepakati setidaknya satu kali dalam satu minggu, apapun yang terjadi, mereka harus pulang ke apartemen, tepat di hari Sabtu malam Minggu.
Demi meluangkan waktu untuk Jiwoong, Hui sengaja bekerja tanpa istirahat, jadi sekarang pekerjaannya sudah selesai. "Hai ..." sapanya dengan senyuman terkembang.
Namun, yang disapa malah merenggut murung. "Sialan," gerutunya sebelum melempar tasnya asal. Senyuman Hui juga ikutan menghilang, belum sempat dia berkomentar, Jiwoong lebih dulu duduk di sampingnya, tangannya meraih tubuh Hui, mendekapnya erat, lalu menenggelamkan wajahnya di pundak kekasihnya.
"Sayang ... kau kenapa, hm?" tanyanya lembut sembari mengusap kepala Jiwoong, lelaki itu tak menjawab, dia malah semakin menenggelamkan wajahnya.
"Kumohon diam sebentar, Hyung, saat ini aku sedang merasa sangat jengkel, aku butuh pelukan untuk menenangkan diri," ucapnya dengan napas yang memburu. Jiwoong tidak mau merusak momen kebersamaannya dengan Hui hanya karena kejadian menyebalkan di kantor agensinya.
Hui tak berkata apapun lagi. Jiwoong mungkin tak butuh kata-kata penyemangat, yang dia butuhkan hanyalah pelukan penenang, kedua lengannya balas mendekap tanpa suara, lalu bergerak mengelus punggung kekasihnya.
Helaan napas Jiwoong mulai terdengar normal, emosinya mereda, perlahan dia melepaskan pelukannya, ditatapnya wajah sang kekasih yang indah, yang akhirnya bisa membuat Jiwoong tersenyum manis.
"Apa harimu sangat melelahkan?" tanya Hui.
"Sangat, Hyung. Banyak hal yang membuatku kesal, puncaknya ketika Sung Hanbin menegurku," tuturnya mulai bercerita, sebenarnya tadi Jiwoong juga bisa langsung bicara, tapi karena emosinya masih meledak-ledak, dia takut malah melampiaskannya pada Hui.
Kini Jiwoong merasa lebih baik, akal sehatnya sudah kembali. "Hanbin?" Hui bertanya memastikan. Sejauh yang ia tahu Hanbin adalah orang paling sabar seasrama, lalu apa yang bisa membuatnya murka?
"Iya, leader ZB1, Sung Hanbin." Jiwoong memperjelas kalimatnya dengan beberapa penekanan, terutama pada kata 'leader'. Karena dari sanalah konflik mereka berasal.
"Lalu apa yang membuatmu kesal, Sayang?"
"Jadi, Hyung, hari ini timku ada jadwal latihan dance seperti biasa, tapi aku mempunyai janji dengan sutradara series yang tertarik untuk merekrutku sebagai salah satu pemerannya. Karena masih ada waktu sekitar satu jam sebelum latihan, aku pikir aku tak perlu izin untuk pergi."
Hui fokus mendengarkan, menunggu penjelasan Jiwoong selesai.
"Tapi kemudian pertemuan itu memakan waktu yang cukup lama, aku telat dua puluh menit, Hyung. Dan kau tahu apa yang menyambutku di ruang latihan? Kamera." Jiwoong menghela napasnya, memberi sedikit jeda.
"Ternyata hari ini kami tidak hanya latihan dance, tapi juga membuat konten dengan seorang publik figur, ya ... aku tidak tahu, Hyung, sebelumnya tidak ada yang memberitahuku. Kalau aku tahu, aku pasti akan mengusahakan untuk datang tepat waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukewarm || Hui-Jiwoong
FanfictionHanya orang gila yang bercita-cita ingin menjadi idol di Korea. Peluangnya sangat kecil, meskipun berhasil belum tentu bisa bertahan di industri ini. Hui adalah salah satu bukti kekejaman industri hiburan di Korea. Produser yang pernah mencapai masa...