Stay Private

576 7 0
                                        

Hidup lagi cape-cape nya ngurusin kepindahan, eh ada aja yang ribet ngurusin hidup orang.

Awalnya bilang peduli, care dan berujung lo gak bosen mainnya sama Dirandra atau Arabella terus. Hello, manusia semakin kesana semakin kesini ya kalau berasumsi.

Sejak kapan kantor bahkan temen-temen sekolah peduli dengan hubungan aku dan Dirandra. Ada-ada aja sih ulahnya.

"Pada ngeributin apaan sih di group sekolah?" Tanya Andra. "Rame banget."

"Biasalah, lagi sibuk ngurusin hidup kita."

"Kita?" Aku mengangguk. "Kenapa?"

"Awalnya ngebanggain anak, prestasi anak tapi gak tahu tuh kenapa Julian tiba-tiba manggil gue sama lo." Ucapku.

"Hm, trus?"

"Ya udah gitu deh akhirnya." Dia menatapku. "Gini nih yang gak gue suka, ngurusin orang udah kayak yang paling bener aja hidupnya." Ucapku kesal. "Rekha apalagi, bukannya suaminya selingkuh sama baby sister mereka ya. Sok-sok an nyuruh nikah, nanya kapan nikah, jangan main-main terus, inget umur. Halah, udah kayak yang paling sehat aja hidupnya." Dia mengulum senyum.

"Emang lo gak pengen nikah?" Tanya nya tiba-tiba.

"Lah, kok lo jadi ikut-ikutan sih?" Ucapku kesal.

"Enggak gak, gak ikut-ikutan." Sahutnya.

"Trus?..."

"Kadang tuh gue juga mikir Be." Dia menatap kearahku. "Kalo dipikir-pikir nih, kita kayak gak ada beban hidup gitu. Sampai gak kepikiran buat nikah." Aku masih menatapnya. "Lo gak pengen nikah?"

"Hah?..." Aku sedikit kaget mendengar ucapannya. "Gue balikin deh, lo sendiri gak pengen nikah?" Tanyaku sarkas. "Gak usah sok nanya-nanya, dijawab?" Dia menghela nafas.

"Belum kepikiran."

"Belum kepikiran atau gak tahu siapa yang mau diajak nikah?"

"Ya itu juga salah satunya..." Aku mendengus kesal. "Nikah Be, biar ada yang nemenin tidur." Ucapnya sedikit menggoda.

"Kalo nikah cuma buat nyari temen tidur, tiap hari juga gue bisa tidur sama lo."

"Woah..."

"Nanti deh kalo ada yang lebih dari lo, baru nikah." Sahutku yang diikuti senyuman bangga darinya.

"Gue masih yang terbaik ya..." Ucapnya, aku menoleh kearahnya dan menatapnya lama. Aku mendekatkan wajahku, dekat dan semakin dekat. "Jangan Be, jangan..." Dan aku langsung menciumnya, CUP! Dia langsung tertunduk lemas dan aku terkekeh melihat sikap.

"Hahaha..."

"Arabella..." Teriaknya yang membuat pengunjung resto tempat kami makan malam sontak melihat kearah kami. Aku langsung menutup mulutnya.

"Lo ya..." Dia menatapku sarkas dan melepas tanganku yang menutup mulutnya. "Kebiasaan..."

"Lo yang kebiasaan." Sahutnya.

"Apaan, kenapa jadi gue."

"Kita nih ciuman gak bisa yang romantis ya Be? Masa cuma cup cup gitu doang."

"No!" Dia membalas menciumku dan seketika aku langsung terdiam sedikit melotot.

"Rasain gak tuh." Aku memicingkan mata dan langsung mengigit bahunya.

"Aw aw aw ampun Be, ampun... Aw aw, sakit sakit..." Ucapnya. "Gila ya, sakit tahu Be..."

"Ya lagian lo..."

"Gue lagi yang salah."

"Iyalah lo yang salah, masa gue."

"Yang nyium duluan siapa?" Ucapnya sambil mengelus bahu. "Gini nih, sukanya mulai duluan dan tiba-tiba tapi giliran dibales, gak terima. Ngamuk."

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang