Memori Indah

104 5 0
                                    

Tak perlu seribu bintang, Yang bertaburan dilangit sana, Tuk temani malam-malammu, Ku ada disini (Ku Ada disini - Rio Febrian)

"Kerumah sakit aja deh, yuk... Gue gak bisa lihat lo kesakitan kayak gini." Ucap Andra panik.

"Udah Ndra, gue gak apa-apa."

"Gak apa-apa gimana, daritadi gue lihat gak berkurang sakit yang lo rasain."

"Udah deh gak usah bawel, gue beneran gak apa-apa sstt..." Ucapku sambil menahan sakit. Hari ini adalah hari kedua aku menstruasi. Ya seperti yang sudah-sudah dan tiap kali mens, bagian pinggang dan perut sakitnya luar biasa. Dan orang pertama yang selalu panik ya siapa lagi kalo bukan Andra.

Andra paling gak bisa lihat aku kesakitan. Padahal daritadi sudah di kompres air hangat, mengelus dan memijat punggung sampai pinggang, memberikan plester pereda nyeri bahkan minum air putih dan jamu pun sudah. Dia lah orang yang paling panik dan khawatir.

"Udah ayo..." Aku menggeleng. "Bun, Ibun..." Andra berteriak memanggil Ibun.

"Ndra apaan sih." Sahutku meringis, Ibun pun datang menghampiri.

"Kenapa Ndra?"

"Tahu nih Andra."

"Ini Bun, Bella."

"Kenapa?"

"Dia kesakitan." Sahut Andra. "Gak tega aku lihatnya."

"Namanya juga datang bulan, ya gitu Ndra. Kalo gak tega, ya jangan dilihat." Ucap Ibun.

"Kasihan Bun..."

"Udah gak apa-apa, udah biasa." Ibun mengusap bahu Andra, menenangkannya. "Mau minum obat yang biasanya?" Tanya Ibun padaku.

"Gak Bun."

"Ya udah."

"Kok gak sih Be, ya gak hilang dong sakitnya." Ucap Andra kesal.

"Lo kompresin pinggang gue aja deh Ndra daripada sewot trus." Ibun mengulum senyum dan berlalu meninggalkan kami. "Makanya jangan sekali-kali lo nyakitin perempuan, ini baru mens tiap bulannya belum melahirkan."

"Masih bisa ceramah lo sakit-sakit gini." Andra mendengus kesal.

"Gue gak apa-apa Ndra, udah biasa."

"Biasa gimana? Biasanya gak kayak gini."

"Itu karena gue minum obat pereda nyeri." Sahutku.

"Minimal ke Dokter deh biar tahu sakitnya apa."

"Ini udah biasa Ndra, coba deh buka google. Baca."

"Kok malah google sih." Tiba-tiba Yanda datang menghampiri.

"Ibun waktu muda dulu juga gitu Ndra tiap datang bulan. Sakit, nyeri trus ujung-ujungnya manja." Andra masih mengelus-elus pinggangku.

"Yanda gak panik?" Tanya Andra.

"Awalnya panik, ya sama kayak kamu gini tapi lama-lama udah biasa."

"Tuh dengerin kata Yanda, lo nya terlalu hiperbola banget sih." Sahutku.

"Ntar juga baik sendiri." Sahut Yanda. "Jangan panik berlebihan." Yanda meninggalkan kamarku, Andra menghela nafas. Dan akhirnya akupun jadi tertidur, aku seperti merasa ada yang mencium kening dan pipiku. Andra meninggalkan kamarku.

Dan untuk kedua kalinya Andra dan Rava bertemu dirumah ku. Seperti minggu dibulan sebelumnya, hari ini Rava memang kerumah.

"Hay Ndra..." Sapa Rava saat melihat Andra berjalan menuju ruang keluarga, Andra terdiam dan masih terlihat kesal.

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang