Pelukan Jiwa

104 5 0
                                    

Dan pada akhirnya aku memutuskan memilih untuk menjauh beberapa hari dari keduanya, Andra dan Rava. Kedua nama itu akhir-akhir ini bermain dan membuat bingung isi kepalaku.

Ada sedikit lega saat bercerita pada Ibun dan Yanda. Tapi mereka pun mengembalikan dan menyerahkan semua keputusan padaku, karena akulah yang nantinya akan menjalani kehidupan dengan salah satunya.

Sesak dan penat rasanya. Entah harus bagaimana untuk mengakhiri dilema ini. 2 hari, ya sudah 2 hari aku mengacuhkan mereka. Akupun memilih untuk cuti dan menenangkan diri sejenak.

Banyak telfon dan chat dari Rava dan Andra. Mereka berdua mencariku. Bahkan Ibun, Yanda dan Arsyad sudah aku beritahu untuk tidak mengatakan dimana aku saat ini. Aku hanya butuh waktu untuk berfikir dan menenangkan diri dari kebingunganku sendiri.

Aakh, sejenak menenangkan diri itu memang melegakan sekali.

----------

"Bun, Andra ngelamar aku." Ucapku, Ibun hanya menatap sekilas dan mengulum senyum. "Aku serius lho Bun."

"Ibun sih gak kaget kalo akhirnya Andra berani ngelamar kamu."

"Maksud Ibun?"

"14 tahun, dia butuh waktu 14 tahun untuk menyakinkan dirinya kalo dia pantas buat kamu."

"Sebelumnya Ibun udah tahu?" Ibun menggeleng. "Lah trus?"

"Bel, kalian kenal itu udah lama banget. Ibun tahu gimana kalian berdua, seperti apa kalian ya Ibun tahu dan Ibun yakin kalo suatu saat pasti akan terjadi hal seperti ini." Ucap Ibun. "Dan hari itu akhirnya tiba juga." Aku menghela nafas.

"Aku sekarang harus gimana Bun?" Tanyaku.

"Memilih itu memang berat dan akhir dari sebuah pilihan itu akan sangat menyakitkan." Ucap Ibun. "Ibun yakin, kamu pasti bisa memilih diantara mereka." Ibun menghampiri dan memelukku. "Pilihlah dia yang mau belajar bersama denganmu, pilihlah dia yang mau berbagi semua denganmu dan satu pesan Ibun dan Yanda." Aku menatap ke arah Ibun. "Jangan mengambilnya dari Nya. Jangan merebut sesuatu yang sudah dari dulu menjadi milikNya." Ibun membelai lembut rambutku. "Ibun sayang kok dengan keduanya. Ibun sayang Rava, Ibun juga sayang Andra. Semua Ibun samakan, gak ada yang Ibun beda-bedakan." Ucap Ibun. "Tapi gak mungkin kan kalo keduanya jadi menantu Ibun dan Yanda." Ibun mengulum senyum. "Pikirkan semua dengan baik, minta petunjuk sama Allah, minta yang terbaik."

----------

Memilih dengan akhir yang menyakitkan. Jika aku tahu akan ada sebuah pilihan, aku memilih untuk tidak bertemu dengannya dan mengijinkannya ada dihari-hariku.

Aku takut menyakitinya, aku takut membuatnya terluka dan apakah aku sanggup untuk melakukannya.

Pagi berganti siang, siang berganti sore dan sore berganti malam. Akhirnya aku pun kembali kerumah dengan sebuah pilihan dan harapan.

"Assalamualaikum..." Sapaku.

"Waalaikumsalam..." Jawab semua orang dari dalam rumah, aku melihat ada Andra disana dan diapun segera berlari memelukku.

"Lo kemana aja, gue khawatir." Bisiknya. "Maafin gue ya." Ucapnya, aku mengulum senyum. Semua mata melihat kearah kami. Ada Ibun, Yanda dan Arsyad.

"Lo gak malu Ndra dilihatin semuanya?" Tanyaku dan perlahan dia melepaskan pelukannya.

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang