Baper

269 6 0
                                    

"Aku kira kamu gak akan kesini lagi."

"Ini, mau ngembaliin sandal yang aku pinjam." Sahutku sambil memperlihatkan sandal yang aku bawa.

"Kenapa dikembaliin? Gak usah."

"Masa pinjem gak dikembaliin?" Tanyaku. "Tenang, aku pake sandal kok." Dia mengulum senyum.

"Mau pesan apa nih?" Tanya nya.

"Em apa ya..." Aku berfikir sambil melihat menu. "Yang paling rekom disini deh."

"Alkohol?"

"Boleh, tapi dikit aja ya." Ucapku dan dia segera membuatkan segelas minuman untukku.

"Waktu itu aman kan?" Tanya nya.

"Aman kok." Dia mengulum senyum. "Sendirian aja?"

"Enggak, anak-anak ada di belakang." Dia menghidangkan minuman yang dibuatnya. "Spesial for you, kalimotxo." Ucapnya.

"Wow..." Ucapku. "Aku cobain ya." Dia mengangguk, aku mencoba meminumnya dan rasanya lumayan. "Hmm rasanya..." Dia mengulum senyum. Aku mengedarkan pandanganku, melihat sekitar. "Aku pengen deh weekend kesini." Ucapku. "Pengen lihat suasananya."

"Ya mainlah weekend."

"Pasti rame ya..."

"Ya gitu deh." Sahutnya. Dia langsung duduk disebelahku. "Kaki nya udah sembuh?" Tanya nya sambil melirik kearah kaki ku.

"Oh ini, udah kok." Ucapku sambil mengerak-gerakkan kaki ku.

"Dia itu pacar kamu?"

"Temen."

"Temen?" Aku mengangguk. "Temen apa? Temen tidur?"

"Temen Rav, ya temen." Dia menatap mataku, mencari jawaban. "Kenapa sih Rav, kamu nih." Dia mengulum senyum.

"Matanya cantik."

"Heleh, bisa aja gombalnya." Kami berdua tertawa.

"Beneran Bel, mata kamu cantik."

"Iya iya, makasi." Jawabku.

"Mau jalan-jalan lagi?" Tanya nya. "Aman kan, udah pake sandal?" Aku mengangguk. "Udah ijin juga kan?" Aku memicingkan mata.

"Bisa nyebelin dan ngeselin juga ya ternyata."

"Aku gak suka kalo ada perempuan dibentak-bentak kayak gitu." Aku menunduk. "Kayak udah ngerasa hebat aja kalo udah ngebentak trus akhirnya mukul."

"Biasa aja Rav..." Dia mengerutkan dahi. "Dia gak ngebentak." Dia menatapku. "Iya beneran."

"Aku boleh kenal kamu lebih dekat lagi? Lebih intens, lebih pribadi?" Aku mengerutkan dahi.

"Buat apa? Nothing spesial about me."

"Dia beneran pacar kamu ya?"

"Temen, aku sama dia udah temenan lama. Temenan dari jaman SMP."

"Berarti kesempatan buat deketin kamu, ada dong?"

"Deket buat apa?" Tanya ku.

"Deket buat jadi yang spesial." Aku mengulum senyum.

"Mending jangan deh, gak usah."

"Kamu punya pacar?" Aku menggeleng. "Trus?" Tanya nya.

"Lagi menikmati hidup tanpa ada ikatan." Dia tersenyum sarkas.

"Masih ada hubungan kayak gitu?"

"Maksudnya?" Tanyaku.

"Yang barusan kamu ucapin." Sahutnya. "Tanpa ada ikatan tapi ngelakuin apa-apa bareng, gitu kan maksudnya." Ucapnya. "Satu pertanyaan aku buat kamu, kamu gak ngerasa dirugiin?" Aku menatapnya. "Apa sih bahasanya sekarang." Dia mencoba berfikir. "Fwb ya, teman dengan keuntungan." Ucapnya. "Kamu yakin dengan keuntungan itu?"

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang