All I Hope Is You

69 4 0
                                    

"Happy 14 years Friendship Anniversary ya Be..." Ucapnya sambil mencium pucuk rambutku, aku membalas dengan mengulum senyum. "Maaf kalo belum bisa jadi temen yang baik, temen yang ngertiin lo, temen yang bisa lo andalin." Aku mengangguk. "Sekali lagi, makasi selama 14 tahun ini udah mau jadi temen gue dalam hal apapun."

"Selamat 14 tahun persahabatan juga ya Ndra. Thank you udah jadi temen yang baik, temen yang gila, temen yang selalu ada buat gue." Ucapku. "Maaf kalo gue belum bisa jadi temen yang lo harapin." Aku mencium pipi dan memeluknya.

14 tahun sama-sama itu gak gampang. Banyak waktu yang sudah dilewati. Temenan dari jaman SMP sampai sekarang yang harusnya sudah nikah dan punya anak, tapi kami malah masih asyik sendiri.

Suka duka dan banyak cerita sudah terlewati tapi sedikitpun kami tidak memutuskan untuk pergi dan meninggalkan satu sama lain. Andra mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya.

"Kado buat lo." Ucapnya sambil menyerahkan kotak itu padaku.

"Apaan ini?"

"Udah buka aja."

"Wait, bentar." Aku juga mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas. "Buat lo." Ucapku, dia langsung mengulum senyum. Seperti tahu apa isi kotak itu. "Kok senyum-senyum sih, emang tahu isinya apa?" Dia mengangguk dan akhirnya membuka kotaknya.

"Gue buka ya." Dan betapa sumringahnya Andra tahu isi kadonya. "Udah gue duga sih."

"Gue masih inget tuh lo pengen banget sepatu itu tapi gak gue bolehin beli."

"Dan gue kesel waktu itu." Kami tertawa mengingat saat itu. "Parfum?" Aku mengangguk. "Kok parfum cewe? Lo kan tahu parfum gue."

"Coba dicium dulu." Andra membuka parfum dan menciumnya, ada simpul senyum diujung bibirnya.

"Parfum lo?" Aku mengangguk. "Maksudnya..."

"Biar lo selalu inget gue, biar kangen terus sama gue, biar gak sembarangan ngelakuin hal bodoh." Dia mengulum senyum.

"Makasi ya Be, gue pasti selalu inget sama lo." Ucapnya. "Dibuka dong kado dari gue."

"Apaan nih, kecil banget." Aku mengocok kotak itu. "Mini gold ya."

"Buka aja." Dan aku pun membuka kotak itu. Aku sedikit kaget melihat isinya.

"Ndra ini kan..."

"Sini gue pakaiin." Andra beranjak dan segera memakaikannya pada leherku.

"Ini kan mahal banget Ndra."

"Gak ada yang mahal buat lo." Ucapnya. "Udah. Cantik kan."

"Lo serius Ndra?" Dia mengangguk.

"Iyalah serius." Ucapnya. "Gue juga inget tuh waktu kita jalan-jalan ngelewatin Platinum Jewelry, lo pengen banget tapi tabungan lo belum cukup kan."

"Iya tapi kan..." Aku terus memegang liontin kalungnya. "Kan mahal Ndra..." Ucapku. "Gue transfer setengah dulu ya ke lo, setengah nya lagi nunggu tabungan gue full."

"Apaan sih Be, kenapa jadi bahas setengah-setengah."

"Ya kan..."

"Sstt, anggap aja malaikat itu gue. Walaupun gue gak bisa jagain lo tapi ada liontin malaikat itu yang jagain lo sebagai pengganti gue."

"Tapi kan kadonya kemahalan Ndra, gak sebanding sama apa yang gue kasih." Andra mengulum senyum.

"Dengan lo selalu ada disamping gue, itu sangat lebih dari cukup." Aku menatapnya, ada sebuah keinginan yang bisa aku baca dari tatap matanya. Dia perlahan meraih tanganku. "Lo tahu gue, lo paham dan ngerti banget tentang gue. Jangan pernah tinggalin gue ya Be." Ucapnya terbata. "Lo tahu gimana dulu rapuhnya gue waktu Ami pergi ninggalin gue. Gue harap lo gak akan pergi juga buat ninggalin gue." Akhirnya dia tertunduk dan menangis. Aku meraihnya dalam pelukku. "Gue gak bisa kehilangan lo, Be. Gak bisa." Ucapnya terisak, aku mengelus punggung menenangkannya. Aku tahu kemana arah pembicaraannya. Aku tahu apa inginnya dan akupun membiarkannya menangis dalam pelukanku. "Jangan suruh gue buat sedikitpun menjauh dari lo, jangan Be. Gue gak bisa." Aku merenggangkan pelukanku.

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang