Ku Mau Tetap Kamu

131 5 0
                                    

"Be..." Aku menatapnya. "Kalo suatu saat nanti kita udah gak sama-sama lagi, apa yang bakalan lo inget dari gue?" Tanya nya. "Trus kalo nanti lo atau gue punya pacar, ada yang berubah gak?"

"Nanya nya grudukan ya Mas, satu-satu kalo nanya. Bingung jawabnya." Dia mengulum senyum.

"Ya udah terserah lo mau jawab yang mana dulu."

"Siapa pun nanti yang jadi pacar lo, gue harap dia gak akan cemburu sama gue. Begitupun sebaliknya, pacar gue nanti gak boleh cemburu sama lo." Dia menyandarkan kepalanya dibahuku. "Trus kalo nanti udah gak sama-sama lagi, apa yang bakalan gue inget jawabannya gak ada." Ucapku. "Emang kita mau kemana? Kenapa harus diinget?"

"Gila ya lo, 10 tahun sama-sama masa gak ada satupun yang lo inget dari gue?" Aku menggeleng perlahan. "Woah jahat lo..." Aku terkekeh mendengar ucapannya. "Berarti lo gak inget hadiah ulang tahun yang gue kasih?" Aku sedikit berfikir. "Wah lo bener-bener ya Be..." Akhirnya tawaku pun pecah melihat reaksi wajahnya.

"Hahaha lucu banget sih muka lo."

"Ini sih kelewatan namanya..." Aku masih terkekeh melihat tingkahnya.

"Udah ah, sakit perut gue ketawa lihat muka lo." Ucapku.

"Makanya serius."

"Iya iya, ini gue jawab serius." Jawabku dan suasana mendadak menjadi serius. "Nanti kalo gue nikah dan kita udah gak sama-sama lagi, yang jelas gue bakalan kangen banget sama lo." Ucapku. "Gue bakalan kangen sama Dirandra yang selalu jagain gue, selalu usahain apa yang gue mau, selalu dan selalu ada buat gue." Aku menatapnya, mata kami beradu pandang. "Dan kalo gue punya anak nanti, gue bakalan cerita ke mereka kalo dulu Mamanya punya temen yang baik banget. Sangat baik." Ucapku. "Gue temenan sama lo bukan karena harta, uang, pemberian dari lo Ndra. Tapi karena lo lebih dari cukup apa yang gue mau." Dia mengulum senyum.

"Terharu sampai mau nangis gue, Be..."

"Sialan lo..." Aku memukulnya.

"Aduh aw aw... Sakit Be, sakit..." Ucapnya sambil menarik ku dalam peluknya. "Lo itu paket lengkap yang dikirim Tuhan buat gue, jadi sampai kapanpun tetep jadi temen gue ya Be." Dia mencium pucuk rambutku.

Aku tidak pernah meminta lebih saat berdoa padaNya. Aku cukup meminta, bahagiakan orang disekitarku. Its simple. Karena saat mereka bahagia, sekitarmu akan ikut merasakan bahagia juga.

"Be..." Panggilnya. "Be..." Aku masih diam mendengar dia memanggilku. "Arabella..." Akhirnya aku menoleh juga.

"Berisik tahu Ndra..." Sahutku kesal.

"Ya lo dipanggil bukannya jawab malah diem aja."

"Apa sih..." Aku menatapnya.

"Lo masih marah sama gue?" Aku mengerutkan dahi.

"Menurut lo?"

"Udahan ya marahnya, gue tiap hari sedih Be rasanya." Aku mengerutkan dahi. "Seruangan, sekamar, sekantor sama lo nyiksa gue."

"Ya udah besok gue pindah."

"Lah jangan, maksud gue gak gitu." Ucapnya tertunduk.

"Trus mau lo gimana?" Diam, hening, sunyi. Dia menghela nafas.

"Gue udahan sama pacar gue." Ucapnya tiba-tiba, aku berjalan menghampirinya dan duduk disebelahnya. Aku menatapnya dalam. "Gue gak bisa kehilangan lo Be, gue gak bisa." Ucapnya.

"Lo gak lagi mainin cewe kan Ndra?" Dia menggeleng.

"Gue cuma mau lo, cuma lo yang gue mau sekarang." Dia memelukku.

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang