Sebelah Hati

111 5 0
                                    

Dan sejak malam itu, hubunganku dan Rava perlahan menjadi dekat. Tiap pulang kantor aku pasti mampir sebentar ke cafenya, saat malam hari pun saat Andra pergi menemui Shandy, aku menghampiri dan menemaninya dicafe. Padahal sebelumnya jarang untuk menemui atau sekedar mampir.

Entahlah, aku memang membutuhkan Rava sebagai teman karena ada kekosongan disetiap hariku atau memang aku sudah mulai menyukainya.

"Jadi kontrak kerjanya udah selesai?" Tanya Rava dan aku mengangguk. "Dan kamu..."

"Aku?..."

"Akan ninggalin aku." Rava tertunduk, aku langsung menatapnya dalam.

"Dari awal kenapa aku gak mau memulai hubungan kita ya karena alasan ini." Ucapku tapi dia langsung memelukku. "Aku takut nyakitin kamu, Rav..." Dia semakin mengeratkan pelukannya. "Ldr itu cuma buat mereka yang bisa aja, sedangkan aku? Aku gak tahu, aku bisa apa gak." Dia perlahan melepaskan pelukannya dan menciumku lembut. "Eungh, embh... Rav..." Dia berhenti menciumiku.

"Okey, sebulan sekali eh bukan tapi 2 minggu sekali aku ke Jakarta buat nemuin kamu." Aku mengerutkan dahi.

"Rav..."

"Kenapa? Ada yang salah? Biar aku aja yang nemuin kamu."

"Maaf ya, maaf kalo akhirnya aku yang nyusahin kamu..."

"Nyusahin gimana, kamu gak nyusahin aku." Aku mengulum senyum. "Lagian, udah lama aku gak ke Jakarta." Aku mengerutkan dahi dan dia membalas dengan mengulum senyum.

"Udah lama? Emang dulu sering ke Jakarta?"

"Ya gitulah kurang lebihnya." Sahutnya. "Biar aku yang nanggung resikonya karena udah suka, udah sayang, udah cinta sama kamu." Ucapnya. "Gak ada yang gak bisa, kalo kita ngelakuinnya buat orang yang kita cintai."

"Gombal..." Kami berdua tertawa bersamaan.

"Makasi ya, akhirnya gak sia-sia aku deketin kamu." Aku mengerutkan dahi.

"Emang iya? Emang kamu deketin aku?" Dia mengangguk perlahan. "Masa sih?" Dia menarik dan mendudukan aku diatas pangkuannya.

"Dasar kamu nya aja yang cuek, gak sadar kalo aku lagi usaha deketin kamu." Rava ini bukan tipe laki-laki yang selalu intens telfon, video call ataupun chat tapi lebih ke physical touch kalo lagi ngedeketin. "Udah makan?" Tanyanya dan aku menggeleng. "Kok belum?"

"Lagi pengen..."

"Pengen apa?" Tanyanya yang sedari tadi mencium cium bahuku.

"Pengen kamu hahaha." Dan seketika dia langsung mengigit gemas lenganku. "Aw Rava..." Ucapku menahan sakit. "Sakit..." Dia mengelus-elus bekas gigitannya dilenganku. "Kamu ih..."

"Iya iya maaf, kamu gemesin soalnya." Sahutnya. "Ya lagian kalimatnya mancing-mancing gitu." Ucapnya yang masih mengelus-elus lenganku.

"Lah, aku ini korban keganasan kamu lho..." Ucapku menggoda.

"Tuhkan, mulai deh..." Aku mengulum senyum. "Mau aku gigit lagi?"

"No no no, gak gak..." Dan tiba-tiba Andra sudah berdiri diujung pintu.

"Ehem..." Aku dan Rava menoleh kearah pintu. "Enak banget ya pangku-pangkuan." Ucapnya sambil berjalan menghampiri kami.

"Mau dipangkuin Rava juga?" Tanya ku. "Nih, sini duduk sini." Aku beranjak dari pangkuan Rava tapi ditariknya lagi yang membuatku duduk kembali. "Heran deh..."

"Duduk sendiri gak bisa Be?" Tanyanya sarkas.

"Gak bisa." Sahut Rava yang langsung dibalas tatapan kesal dari Andra.

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang